paruh baya berlari tergopoh-gopoh ke arah rumah panggung yang di terasnya duduk seorang pria berpakaian modis dengan
pria, suaranya terde
h tangga teras, napasnya terengah-engah. "Tuan Sakha
Sakha justru tidak berubah. Sakha melipat layar laptopnya dengan
dia?" tan
nunjukkan jalan menuju
terasa menyengat. Di tengah ladang yang ditumbuhi jagung itu, berkumpul beberapa orang yang
n Sakha sudah saya panggilkan,
ada Sakha yang berjalan mendekat,
! Tau ini siang bolong begini!" omel Inah, memukul pelan bahu
in memburuk, lebih baik kita panggil Tuan Sakha. Lagipula itu sudah menjadi salah satu tanggung jawabnya
ng perempuan yang dibaringkan di atas tikar lusuh, cahaya matahari menerpanya, wajahnya
jauh dari sini, kita ndak tahu bagaiman
Sakha menjawab, "Biar
jelas terlihat dari kelegaan di wajah mere
ya itu dulu pasti berwarna putih, tapi sekarang sudah cokelat dan ujungnya sedikit sobek. Dari lipatan pakaian
h lama, Sakha pun mengangkat tubuh wanita itu ke dalam gendongannya, dia sedikit terkejut
ah, kalian lanjutkan saja pe
k, T
, T
kasih,
kemudian berbalik
mengatur semua waktu dan dia tidak ingin terik matahari menjadi penghalang, dia
, Sakha baru menyadari bahwa tubuh perempuan di dalam gendongannya terasa panas sekali
ar yang terdapat di sana. Kamar itu tidak pernah terpakai, kecuali kamar di sebelah
rus melakukan apa, jadi dia mengambi
setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, Sakha mematikan hapenya lalu menatap perempuan
it jijik karena kotor, tapi Sakha mencoba untuk mengabaikannya kemudian membuka kemeja yang perempuan itu kenakan. Dan benar seperti dugaannya, perempu
batin Sakha. Baju berlapis-lapis memang mem
membasahinya dengan air dingin, lalu
tkan manik mata hitam kelam yang langsung tertuju menatap mata Sakha. S
pi sepertinya perempuan itu tidak mendengarnya. Saat Sakha
k di tangannya dan mengambil lagi hapenya. Menel
nya dia melihat bosnya berada di dalam kamar dengan se
ni pulang," S
i ambang pintu,
anya. "Kamu mendengarku,
ang su
gung sehingga aku harus m
tu, Galih pun mendekat, mem
enalnya?"
h. Sebenarnya Sakha tidak memerlukan jawaban yang seperti itu, tapi ya
teringat akan sesuatu. "Sejak kapan anak perempu
awar sama Melati, namanya
RT tukang hutang yang dibilang Galih itu. Karena setahu Sakha, Jamal hanya memiliki dua putri yang sangat cantik dan sering d
paikan pesanku pad
ia tampaknya agak syok, tapi j
bagus
...
pa
n sudah membicarakan perihal akan meni
Sakha menatapnya memicing.
ia, Tuan,"
u jadi punya mulut e
ya Henia bilang dia dengar desas-desusnya
eharusnya saya tidak membawa mereka kemari." Se
*