belakang yang diambil dari rencana awal. Tama terlihat senang mendengar nama itu dan mengecup bibir adiknya yang tampak asik de
dan putra kecilnya, bahkan istrinya. Dia mengambil cuti sampai dua bulan ke depan. Melimpahkan pekerjaan di kantor kepada sekret
ajar maka
tempat duduk di halaman belakang agar si bayi bisa berjemur segera berlari. Dia menarik putranya y
i dan menunggu putra sulungnya mendekat kepadanya. Dia menangkap tangan Tama yang akan
dalam rumah hanya ditanggapi Dinda dengan senyuman. P
angan dan kakinya. Dia menggunakan sandal kali ini d
nya bayi kecil yang mengerjap-kerjapkan matanya. Sangat menggemaskan dan membuatn
g tadi ketahuan makan tanah oleh si sulung. Fajar yang sudah akan bermain di pasir mengerucutkan bibirnya sebal
ang pipi dan menyentuh tangan kecil yang sesekali menggenggam jemari tan
ras-keras saat di sebelah El. Meskipun berkali-kali dia lupa dan memb
El. Dia tersenyum dengan bangga dan menatap bapaknya, seolah mengatakan bahw
cemberut. Kakaknya akan asik berm
ertekuk. Dia tidak suka El. Orang dengan mata kecil yang men
yangkan tangan saudara kembarnya
masuk ke kamar. Pintu kamarnya dibanting sekuat tenaga meskipun akhirnya pintu itu tidak menimbulkan bunyi gaduh karena diberi busa di sia
Kakaknya sudah mengingkari janji malam itu. Mereka semua menyebalkan. Tidak mengerti perasaannya sed
kena
antal. Gio yang baru masuk cukup terkejut mendengar bentakan putr
ang. Dia mengelus punggung putranya yang sedang ngambek.
han hatinya. Gio jadi tahu itu karena Tama yang mengabaikan Fajar da
usaha menyentuh putranya guna menenangkannya. Fajar kembali menjauh namun Gio tid
ar," ujar Gio membujuk. Hampir saja dia keceplosan memanggil adek. Bisa-bisa bujukannya tidak
h itu pasti merasa tak bersalah, pasti dia mau meminta maaf kepada adiknya
n tatapan mata, namun hanya dibalas senyuman oleh sang suami. Tama yang sedang asik bermain dengan adiknya menge
amar. Dia mengekori langkah bapaknya sampai di dalam kamar dia bergeser melihat ad
i atas ranjang. Wajah sembabnya cukup membuat Tama bertanya-tanya. Apa yang membuat adiknya menangis? Apakah bapaknya
k ke atas ranjang. Dia memeluk adiknya yang langsung me
kakak menatap tajam pada bapaknya. Yang ditatap meringis ke
mau dipanggil adek!" tegas
udah berdiri di ambang pintu menatap ketiga orang ter
anggil adek!" adu Tama masih dengan wajah galak memandang Gio. Gio
alahkan hal lain," bisik Gio menjelaskan. Dinda menggigit bibir bawahnya menahan gelak tawanya. Dia lantas berba
era mendapat tatapan dari Fajar yang sejak tad
la keluarga begitu saja. Apalagi Tama, dia memandang keji pada bapaknya seolah memperi
ahu kalau nantinya Tama akan bisa menjaga adik-adiknya dan bertindak sekejam itu pada orang yang