ng mengambang, udaranya berbau rempah-rempah, alkohol, dan tubuh-tubuh yang berdesakan. Itu salah satu
onggar dari sebelumnya, lebih menawan, lebih percaya diri. Dan dia, meski pi
hangatan telapak tangannya, kekencangan jari-jarinya, dan sesuatu di dalam dirinya menyala. Tidak men
lu menyeretnya ke tengah alun-alun, yang mana ke
ir. Di bawah lentera merah, di tengah arom
us aku lakukan," bisi
nya menempel pada bibir wanita itu, seakan-akan keduanya memang ditakdirkan bertemu. Lid
... mer
metar. Dia merasakan tubuhnya merespons, sesuatu yang basah dan bermuatan listrik mengalir melalui dirinya t
lasan itulah... dia
nya. Itulah yang dia rasakan yang membuatnya kewalahan. Dan bukan karena
ibirnya terbuka,
n suara rendah, dengan keyak
debar kencang, dan dia masih merasakan kelembapa
n kejujuran yang brutal. Aku
memudar, bagaikan lil
nga
engatakan ya. Namun dia ju
melihat mer
engarkannya. Dia berhenti sebelum mencapai alun-alun, tepat saat ciuman itu terjadi. Dia tidak melihat
atan yang tidak punya nama, karena janji-janjinya pun belum ada. Han
hat lebih banyak lagi. Dia pe
ya, angin lebih ding
, lengannya bertumpu pada lututny
duk di sampingnya, dan sesaat tidak
amu tanpa kamu melarikan d
rgerak, tetapi
tak
engan Aroon... mengubah diriku. Tubuh saya
mukanya, matanya
et
u gemetar saat aku pergi
ah sebuah dunia baru telah
g kita lakuk
ondongkan tubuh perlahan ke arahnya, tatapa
yang lambat dan mendesak. Dan di tengah laut dan pasir, dia memeluknya erat-erat