a tertuju pada seorang gadis berseragam sekolah, sosoknya yang mungil terhimpit di antara penumpang
kan adegan-adegan panas dari film yang ditontonnya semalam. Dengan gerakan halus, tangannya mulai merayap di paha mul
a, tetapi Ilham menahannya dengan kuat. Jari-jari Ilham bermain di antara lipatan kewanitaan gadis itu, memb
erus memompa, menikmati setiap desahan kesakitan gadis itu. Setelah puas, Ilham merapikan
ing, hasratnya telah terpenuhi. Dia melangkah ke kan
n mengerikan yang dialaminya dengan pria misterius. Bayangan pria yang merenggut kes
? Ada yang salah?"
ipinya. "Aku... aku merasa tidak enak p
sudah terjadi. Sekarang, yang penting kita berdua baik-baik saj
rnya. Mereka makan bersama, berbagi cerita dan tawa. Ma
a. Intan, yang sudah lama merindukan kenikmatan bersama Ilham dan menikmati ilham, menyambut
wajah pria yang merenggut kesuciannya, pria yang kini sedang be
Ilham yang membuatnya bahagia terus di fikirkan int
ap intan dengan tatapan kosong. Bingung k
an yang menanti di kantor. Ia melirik Nisa yang masih terlelap di tempat tidur, h
indari. Dengan berat hati, Intan menutup
urnya, merasakan kesunyia
hantuinya. Ia teringat akan Ilham, tetangga sebelah yang selalu menatapnya dengan tata
terbuka perlahan. Ilham berdiri di ambang pintu, menyeringai menatap Nisa.
tanya Nisa denga
up pintu, dan menguncinya. Nisa berusaha bangkit dari te
erak dan menakutkan. "Kalau kamu melayani a
sahi pipinya. Ia tahu Ilham tidak akan menepati
iti aku," mohon Nis
duli? Aku hanya menginginkan tubuhmu. T
lham. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan
Ilham mencium Nisa dengan kasar, merobek pakaiannya. Nisa menangis
ri tempat tidur. Ia menatap Nisa yang terbaring lema
alau kamu berani memberitahu Intan, aku
lham tersenyum sinis dan keluar dari kamar, meninggal
tan pergi bekerja. Awalnya Nisa merasa jijik dan takut, tetapi lama
-titik lemah Nisa. Nisa merasa seperti seorang pecandu
lham sedang berciuman di kamar. Intan terkejut dan marah. Ia tidak menyang
n?" teriak Intan, air m
ereka tidak menyangka Inta
yang kamu pikirkan," kata
sinis. "Aku melihat dengan mata kepala sendiri
dan Ilham yang terdiam membisu. Nisa menangis, menyesali
enangis," kata Ilham, suaranya lembut. "Aku ak
ngan tatapan tidak pe
taimu, Nisa. Aku ingin mengha
memeluk Ilham erat-erat, merasa bahagi
dia juga mencintaimu,Ilham aku
dan baik dalam hidupku,tetap
berdua maafkan aku tetapi aku m
ian,kejarlah intan sekarang Ilham
tau harus bagaimana lagi sekarang,kalau aku m
n sekarang aku moho
n,tangispun mengaliar dengan deras merasakan kehilangan oran