img Scarlet Regret  /  Bab 7 Crimson Vendetta | 13.73%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Crimson Vendetta

Jumlah Kata:1239    |    Dirilis Pada: 24/02/2025

n yang membara. Setiap detik dalam tatapannya adalah ungkapan da

Suaranya terdengar serak, penu

melengkung licik, seolah menikmati setiap detik kekesalan yang ada di hadap

pada wajah Kayshila yang pucat, hingga ia

katakan, I want you-" kata-katanya terhenti ketika Ka

k terduga. Adrik mengusap cairan bening yang mengalir di wajahnya, tatapannya berubah dingin. Sepertinya w

k menarik rambut Kayshila dengan kasar, membuat wanita itu mengaduh kesakitan. Matan

sepertimu, meludahiku!" Suaranya

ercekat, pipinya dihiasi bulir bening ya

erti ini, seakan kehormatan dan harga di

buatmu mengingat dan menyadari apa yang sudah kau lakukan te

hila berteriak dengan sekuat tenaga, suar

caman. Tanpa ampun, tangan bebasnya mencengkram kuat rahang Kayshi

sesak, dipenuhi oleh tangis kesak

Aww..." Jeritannya hampir terhenti,

inya mulut sialanmu itu menyebut nama Tuhan, saat kau sudah melakukan dosa, huh?"

a pelakunya? Setiap usaha untuk menjelaskan rasanya sia-

wanitaku." Ia melepaskan genggamannya, berdiri tegak, dan memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celananya. Matanya terfokus pada

ah satu penjaga yang berjaga di depan ruangan. "Suruh maid m

diseret paksa keluar dari ruangan tersebut menuju ruang lain. Beberapa ma

ekujur tubuhnya yang penuh dengan luka. Setiap tetes air terasa seperti jarum

but memapah pelan tubuh rapuhnya ke meja rias, wajahnya yang lebam dipolesi oleh foundation dan

para maid itu menyerahkan se

Percayalah, Tuan Adrik bisa melakuk

r mewah itu, saat setelah tugas mereka sel

iap inci ruangan itu dipandanginya dengan cermat, seolah berharap menemukan titik kelemahan yang bisa membebaskannya. Tatapannya jatuh pada kaca yang mengelilingi kam

usasaan mulai bergerak liar, mencari jalan keluar yang tak kunjung datang. Apa yang harus d

g tak pernah ia inginkan untuk didengar lag

suara yang akan terus menghantui hidupnya

ngan mata pria brengsek itu, yang kini tengah menatapnya dengan penuh ketegasan, sambil bersan

entakkan bumi, menambah rasa takut yang sudah membekap Kayshila. Wanita

as bunga yang tergeletak tak jauh darinya. Ia berharap bisa menggunakannya sebagai senjata, namun sekali lagi, Adrik lebih cepat. Sebelum sempat mera

ar penuh tantangan, seolah mempermainkan ke

k melepaskan diri dari dekapannya yang semakin menekan. "Lepaskan aku, brengsek!" teriaknya

a berat, penuh ancaman. Tanpa ampun, ia menarik pinggang Kayshila hingga tubuh wanita itu menempel erat pada tubuhnya, seperti l

ayar nyawa, right?" ucap Adrik dengan nada datar, namun seti

takut-jantungnya berdetak tak beraturan, sementara matanya kini s

nnya sudah lebih dulu ditarik dengan kasar. Seketika tubuhnya terhempas ke at

h ketakutan. Napasnya mulai memburu, keringat dingin merayap di

in, dan penuh kehendak yang tak bisa ditebak. Semakin lama, semakin dalam rasa takut dan kecemas

tu hanya upaya sia-sia. Memberontak? Percuma. Tenaganya tak ada apa-apanya

knya di antara tubuh kekarnya. Udara di sekitar mereka terasa menyesakkan

anasnya terasa membelai kulit halus Kayshila. Bibirnya hampir menyentuh da

ang dibayar ora

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY