di balkon kamar tidurnya, menatap ke luar jendela, menikmati keheningan yang mengalir di malam hari. Dia tahu seharusnya dia merasa bahagia,
ahu tentang kebingungan yang menggerogoti hatinya. Di dalam dirinya, Raissa berperang antara
an jas hitam yang membuatnya tampak lebih gagah dari biasanya. Matanya tajam, tetapi ada
dikit terkejut, tetapi ada kehangatan d
tapan kosong. "Aku tidak bisa tidur," ujarnya
di kursi dekat meja rias. "Aku
um jam dinding yang terdengar seperti dentuman di telinga Raissa. Arkhan meraih tan
uaranya pecah. "Kenapa semua ini harus terjadi?
ena kadang hidup tidak memberi kita pilihan, Raissa. Kadang kita harus
rdengar seperti sebuah alasan yang terlalu indah untuk menjadi nyata. Apakah dia be
i aku pilihan?" bisiknya, air mata kembali menggenang di p
arah malam yang sepi. "Kau tidak tahu betapa sulitnya untuk memutuskan ini, Raiss
uara hampir tak terdengar. "Apa
Raissa! Kau lebih dari itu. Aku mungkin tidak bisa menjelaskan semuanya seka
an di dalam pria itu, sebuah pertempuran antara kebenaran yang ingin dia ungkapkan dan kebohongan yang
sa akhirnya berkata, suara yang hampir hilang di udara.
pnya dalam-dalam. "Jangan pergi, Raissa. Jangan biarkan semua ini menghancurkan kita. Aku
i bukan hanya tentang kita. Ini tentang apa yang aku percayai, apa yang aku perjuangka
membuatnya terkejut. "Aku akan membuat
tu. "Bagaimana kau akan membuat semuanya benar ketika ka
kebingungan. Dia tahu dia telah memaksa Raissa terlalu jauh, tapi dia tidak bisa berh
n membuatmu mengerti kenapa aku melakukan semua ini," katanya, suaranya lebih lembut dari sebelumnya. "Dan jika suatu saat nanti
h dengan harapan dan keputusasaan. Sejenak, dia merasakan jantungnya
yang terperangkap dalam kebingungan berusaha mencari jalan keluarnya, meski mere
di dalam diri Raissa, ada perasaan yang tidak bisa diabaikan, bahkan jika i