i dan pikirannya. Pagi itu, tidak ada semangat untuk memulai hari. Setiap ketikan dan klik di keyboard terasa seperti usaha sia-
suk dengan wajah yang tampak lelah. Matanya yang tajam dan biasanya
diri di sana, dengan jas yang kusut dan dasi yang terlepas. Ada sesuatu
ba mempertahankan nada yang seolah santai. Namun, di dalam, jan
tu, dan duduk di samping Samantha. Ia memandang wanita di samp
rbisik, takut jika ia berbicara terlalu keras
an ketegangan yang membungkus mereka. "Aku tidak tahu harus mulai dari
itu berubah menjadi semakin tegang. "S
noreh di dada Samantha. Ia menarik napas dalam-dalam,
mantha bergetar, melawan rasa
untuk memberitahuku bahwa dia memutuskan untuk meninggalkan negara ini.
permainan yang tak pernah adil? Kenapa ia harus selalu berhadapan dengan kenyataan bahwa hatinya belum se
tus. "Aku ingin berterus terang denganmu, Reni. Aku merasa seperti aku telah kehilang
"Rayhan, kenapa kau tidak pernah memberitahuku ini sebelumnya? Kenapa harus aku yang me
an. "Aku takut. Aku takut jika aku memberitahumu, aku akan kehilanganmu. Kau adalah
seperti yang ia rasakan. Ia ingin meneriakkan semua perasaannya, marah pada kenyataan, ta
a yang aku rasakan. Aku ingin menjadi satu-satunya untukmu, tapi aku tidak t
an yang dipenuhi ribuan kata yang tak terucapkan. "Aku akan membuatmu percaya, Reni. Aku
lalu, dan harapan akan masa depan yang mungkin masih bisa diperjuangkan. Samantha tahu, ini bukan akhir dari
harus berjuang, bukan hanya untuk cinta mereka, tetapi untuk mengatasi rasa sakit yang mengint