n beberapa foto tambahan yang memperlihatkan Andi dan Rani duduk berdekatan di sebuah restoran kecil, tampak saling tertawa dan berbincang
ni, Andi tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda tidak puas atau tidak bahagia. Mereka jarang bertengkar, dan meskipun ada pe
nya penuh kekecewaan. "Kenap
n dan keinginannya untuk mencari tahu lebih jauh semakin kuat. Ia ti
untuk mengonfrontasi Andi pada waktu yang tepat. Dengan hati-hati, ia mulai menyiapkan pert
ncoba mengamati setiap gerak-geriknya, mencari tanda
ini," kata Karin dengan nada hati
dak terjadi apa-apa. "Hari ini biasa aja, nggak ada yang spe
rbicara seolah-olah tidak ada yang salah, seolah-olah semua yang terj
tersenyum tipis, berusaha menaha
singkat tanpa berkata sepatah kata pun pada Karin. Rasa penasaran Karin semakin meningkat. Ia y
pun yang mungkin akan ia lakukan. Dan benar saja, saat larut malam, Andi keluar dari kamar, pel
. Bisa ket
isa di hatinya hancur seketika. Tanpa menunggu lebih lama, ia kembali
ata Karin dengan nada gemetar. "Saya ingin tah
tuk mengikuti Andi ke mana p
mbat, namun ia tahu bahwa semua ini akan berakhir dalam waktu dekat. Di sore hari, Budi kembali mengirimkan lap
an lagi, ia kini yakin bahwa Andi telah menjalin hubungan se
ntuk menjaga ketenangan hingga ia bisa mendengar penjelasan dari mulut Andi sendiri. Namun, di dalam
alam hati, "Besok, Andi. Besok kamu akan
mulai, dan Karin tahu ia harus siap untuk
ng di vila terpencil. Di tangannya, secangkir kopi yang ia buat untuk Andi terangkat perlahan, namun pikirannya penuh dengan berb
dangi wajahnya lama, mencoba mengenali orang yang dulu ia cintai, na
an lembut, suaranya mengalun penuh perhatian, n
di luar kantor tadi," katanya, berusaha memberikan jawaban singkat
etakkan kopinya dan menatap Andi lebih intens. S
habat dalam suaranya, "aku cuma merasa belakangan ini kita kurang
tatapan Karin. "Maksud kamu apa, Rin?" j
yang ia miliki. "Beberapa waktu ini, aku merasa kamu lebih sering di luar, sering keluar k
n, jangan berpikiran aneh-aneh. Ini cuma soal pekerjaan. Kamu tahu, akhir tah
rmukaan. Lagi-lagi dia berbohong, pikirnya. Namun, ia menahan diri, membiarkan
a diadakan di ruang rapat, bukan di tempat seperti itu," kata Karin, mengangkat ali
tergantikan oleh ekspresi terkejut dan waspada. Ia berusaha mengo
Rin?" Andi berusaha terdengar tegas,
anyak dari sekadar informasi, Andi. Aku t
Karin akhirnya melihat ketakutan yang ia harapkan. Ia tah
emua ini-aku, aku nggak ma
a dengan nada penuh kekecewaan. "Aku ingin dengar semua. Kenapa kamu lakukan ini? Seberapa lama
bisa mengelak dari pertanyaan-pertanyaan yang Karin aj
a pertemuan kerja biasa, tapi kemudian, kami jadi lebih sering berbicara, lebih dekat...
keluar dari mulut Andi. Bagian dari dirinya masih tidak percaya bahwa su
dia?" tanya Karin, s
enetes. "Aku... aku nggak tahu. Aku nggak ing
an diri. "Aku nggak bisa terus hidup dalam keb
rtama kalinya, ia tampak b
lindungi dirinya sendiri dan tak lagi menjadi korban dari kebohongan Andi. Babak baru dala
ambu