seorang wanita dengan hidung pesek pada seorang
elia mengaku kalung ini milik Anda," uj
iki, kumohon jangan ambil!" Adelia berlutut dan memegang
lutut dan mengemis di hadapan pelayan tersebut. Dirinya hanya me
iliknya yang lain. Akan tetapi, kalung tersebut satu-s
is tangan Adelia kemudian berjongkok. Dia mencengkram wajah kusa
ekanan. "Apa yang sudah di tangan saya, menjadi milik saya." S
satu kalung itu, kumohon," iba Adel
nda dari tubuh saya!" teriak S
r
rcah harapan untuk Adelia. "Kamu lupa apa yang kukatakan padamu, Sar! Di depan lagi ada
yonya Adelia berusaha meminta kalung saya," g
g Sarah ketakutan. "Bo-bohong, Mas. Sarah mengambil kalun
ui kalung saya sebagai miliknya
ng milikku! Pemb
l
ibir perempuan itu bahkan terluka. Pria tersebut berjongkok dan
u!" desis pria tersebut. "Kamu mau semua orang t
ibandingkan dengan hatinya. Bahkan setelah bertahun-tahun menikah, Bagas Radith
ngeratkan cengkraman nya. Sama seperti sebelumnya, ia semakin d
r kemudian menarik rambut Adelia. Membuat w
angnya dengan tatapan mengejek. Dirinya tidak leb
rintih Adelia, membuat Bagas s
g Adelia dengan tatapan tajamnya. "Mengerti, Lia!" Bagas menarik kuat ra
Bagas!" seru sebuah suara membuat Bagas
erapa helai rambut Adelia menempel di tangannya. Pria bermata besar
ya kan di rumah utama." Bagas mengecup pipi
ukup lama. Melewati Bagas begitu saja dan berjongkok kemud
ketika perempuan di depannya menyentuh lebam di pipinya. Tanpa kata, R
nah memukulnya!" seru Rose, membuat Bagas mendesah. "Kamu tahu deng
rose
pa yang dilakukannya padamu," ujar Rose sendu
kit pelajaran," sahut Bagas malas. "Tidak perlu mengurus perempuan kumal
galihkan tatapannya pada Adelia. Perempuan yang dinikahi sang sua
erbicara dengan adikku,"
tap
buat nanti malam!" potong Rose
tetapi ia tetap mengikuti ucapan sa
pinta Rose, meno
elihat Sarah yang akan keluar masih membawa kalung miliknya, membu
uduk di bibir ranjang dan memeluknya erat. Perempuan dengan
ami kita temperamen," nasihat Rose sembari mengelus pu
se mengurai pelukannya. "Kumohon, cuma kalung itu satu-satunya hartaku, R
gguk. "Aku akan berbicara dengan Sarah, tetap
an nya untuk mengembalikan kalu
, Lia. Maaf. Kamu tahu bukan, Sarah orang it
i mereka sangat mempercayai Sarah. Statusnya bahkan lebih tinggi di
mah ini. Bahkan Rose yg merupakan istri kesayangan Bagas, tidak
oke," pinta Rose, beranjak dari duduknya kemu
l Adelia, menghen
tersebut menoleh dan memandang a
tetap berpihak kepada
galkan Adelia dalam kegelapan. Perempuan itu berdiri da
n menuju rumah utama sembari bergandengan tangan. Sesuat
penderitaan Adelia. Selama itu juga dirinya menjadi istri yang tidak
, memandang kelap-kelip lampu di rumah utama dengan mata nanar. "Semoga Ros
engan suara yang teredam karena bekapan pada mulutnya. Seseorang menariknya
annya dengan menyeringai. Perempuan dua puluh tiga tahun tersebut
ena sudah membuat keributan," l
cicit Adelia menggeleng de
an perempuan malang tersebut di kepala ranjang. Ia menyumpal mulut A
tapi sekuat apapun ia berusaha, semua percuma. Ikatan Sar
gga mau menikah dengan upik abu sepertimu!" desis Sa
ndang Adelia mengejek kemudian keluar kamar. Ia kembali beberapa saa
askom dengan wajah jijik. Ia meraup isi baskom, mengabaikan teriakan tertahan Adelia dan
mengadu pada Nona Rosella!
an cacing yang berada di atas tubuhnya. Namun kembali di rundung
mi oleh Adelia. Pelayan itu bahkan menumpahkan seluruh isi baskom di atas tubuh Adelia kem
eluarkan liontin dari dalam sakunya. "Benda mahal ini tidak pas di sandingkan dengan kulit kusam
ku yang terawat, benar kan?" Lanjut Sarah
n mata ketika merasakan napasnya mulai terasa berat. Hal
a, pelayan tersebut bermain cant
kalau dirinya menggunakan cacing, hewan yang
klukkan seorang Adelia. Terbukti, perempuan yang teri
kotor. "Saya lupa mulut Anda tidak tersumpal. Maafkan saya," ujar Sa
ohon," lirih Adelia dengan suara berget
ka pergi mandi. Kalau saja ia tidak melepasnya, maka Sarah t
kalung yang berada di leher Sarah di kembalikan. Akan tetapi, Sarah hanya te
pantas memiliki barang m
hir dari kakakku. Kumohon,"
jadi milik saya," sahut Sarah sembari meraba
an, Sarah
psikisnya yang melemah. Sarah memandang Adelia dengan tatapan datar kemudian
e arah Adelia yang pingsan kemudian menutup pintu kama
a ia tersadar hewan-hewan melata tersebut telah merayap hingga ke waja pingsan, kali ini tidak. Pelayan tersebut memilih pergi dan membiarkan he
a ketika cacing-cacing tersebut mu
saha menjauhkan tubuhnya dari hewan melata tersebut. Namun, semua usaha yang dila
erikat tanpa bisa melakukan apa pun. Ia mengerjap mengingat wajah
ibnya yang berubah 360° sejak menikah dengan sang suami. Kini yan
r
pelayan masuk dengan wajah datar. Mereka mengenakan sarung tanga
membuat perempuan itu menarik napas lega. Tiga pelayan tersebut
a Sarah yang baru saja data
emudian menyiram tubuh perempuan itu dengan air dingin. Sarah mengabaikan pekikan kesakitan
a Sarah kembali menyeret Adelia keluar kamar mandi dan melempar tubuh telanjangnya
kemudian meneguk ludah kasar. Sementara Sarah kemba
am bersama Tuan Bagas,
cepat mati." Sarah berbisik di kuping Adelia k