rlari tergesa menghampiri gadis bersurai gelombang. G
angannya menggerakan ayunan. Tetap tidak mengubah
keluarga terpandang dan sedang mencari seorang pelayan. Ayo, ikut. Ini kesempatan kita
irup udara segar pagi ini dengan aroma mawar dan gardenia yang paling kusukai.
sini. Mungkin saja, hari ini adalah hari keberuntunganku." Erika sedikit menunjukan wajah menyedihkan, gadis itu tahu, teman kec
n wajah seperti itu. Kamu yakin nggak sedang meray
dak dapat berkutik lagi. Wajah iba dari
nggak ada ruginya juga buat kamu .
u sendiri, aku nggak perlu izin itu untuk keluar. Aku punya kartu akses bebas kemanapun aku pergi ...." Ya ... Ga
kami. Kamu punya keahlian melukis dan bermain piano. Ditambah lagi, ibu Anya menyayangimu seperti ana
mendengar si cerewet Erika menggunakan semua a
nya dua keahlian itu. Kamu kan tahu, sejak kecil aku jarang berbicara dan sering sekali menghindari kalian
jatah cemilanku saat makan siang nanti akan menjadi milikmu. Bagaimana? Ay
. Tapi, aku nggak mau ikut-ikutan seperti yang lain, oke? Aku akan bersembunyi sampai nggak te
Marla. Ayo, pergi!" Erika mengaitka
*
orang wanita sedang be
ga Christian bulan lalu. Dia, masih tinggal disini kan?" Sejak kedatangan wanita paruh baya itu, Anya tampak gelisah. Tidak biasanya wanita paru
snya. Anya tidak memberikan jawaban apapun. Wanita itu hanya beranjak dari duduknya. Mencari dal
ke hadapan wanita tadi. Membukanya, mencarikan sesaat
selain anggukan cepat dari wanita itu. Satu helaan nafas lem
atirkan apapun, Anya, nyo
in saja, masih ada anak lain yang memenuhi kriteria nyonya!" bujuk Anya. Sambil
s itu. Dimana dia sekarang?" Anya membawa wanita it
lu, tidak perlu membawa apapun, disana dia tidak akan kekurangan apapun!" tegasny
sekali lagi Madam lihat," sepertinya Anya sangat berusaha keras membujuk Ester. Es
idak mau terseret dalam barisan. Ester masih terus berkeliling. Wajah Anya semakin gelisah saat mendekati barisan paling belakang. Ingin se
ika antusias dan terdengar tidak sabar. Tangannya terus menyenggol sikut g
tahu, alasanku tetap berada disini!" sahut Marla,
ika makin gugup dan jantungnya sudah berdebar tidak k
er semakin memb
t Erika, raut wajahnya
i, kau!" sekali lagi Ester berkata, namun kali ini Est
rlihat jelas, namun itu hanya sesaat, Erika m
l lengan gadis di sebelahnya. Marla, tidak peduli. Dia merasa ada di d
menghela nafas panjang sebelum t
ng lembut itu saat tangannya tiba-
apa? Saki
da disana?" hardik A
kutinya dar
Sekali lagi Marla yang sedang
wanya sekarang?" Ester berkata dengan nada cukup penuh penekanan. Membuat Marla me
ksud ucapannya?" Wajah pias sudah tergambar
nolak atau membuat permohonan pengganti. Marla sepenuhnya sadar dengan situasinya. Wanita tadi adal
disini, Bu. Aku mohon, jangan aku yang pergi, Bu," pinta gadis bersurai gelombang tadi, k
. Hanya saja, Ibu tidak bisa menolaknya. Ini permintaan
. Aku benar-benar nggak mau pergi dari sini, Bu!" Tangis gadis bersurai
nya mencoba menenangkan gadis itu, menco
-benar menginginkan ini. Aku mohon, B
sudah menunggu, mohon segera!" Suara seo
on, "Ayo, Marla, Ibu mohon, jangan membantah lagi!" Anya setenga
mbang tadi bahkan rela bersujud. Tetapi, saat ini, ibu yang selalu saja bersikap baik padanya mengabaikan.
ut masuk ke kamar. Itu a
u!" Gadis yang bernama Erika itu ikut bersujud di samping tubuh Marla. Menyaksikan teman terbaiknya menangis bukan hal yang m
ap bersujud. Bersujudlah sampai makan malam. Kamu tidak perlu mak
asaannya, ibu tidak akan pernah menghukum anaknya, meskipun anaknya melakukan kesalahan yang bes
an Madam menunggumu. Ini
ernama Ester tadi menunggunya tak sabar. Saat melihat gadis itu diseret ole
gadis bersurai gelombang tadi. Tangisannya tetap tidak berhenti saat di
sayang, maaf
dengan orang yang amat berarti. Dia, wanita itu, wanita yang sudah membe
u pergi, Bu,
bil menyuruh dua orang pengawal menyeret paksa Marla yang tetap menola
*