ebuah mobil. Dia mengerjab-ngerjabkan matanya, merasa asing dengan jalanan yang mereka lewati. P
nggak papa
. Raut wajahnya keibuan, seirama deng
apa, bu"
as seorang perempu
wal sedih bu, pisah s
Ad
endapatkan cubi
snya. Suara cemprengnya membahan
udi
itu, menegur Yudi. Sontak Yudi bersedekap da
n doang, takut sama kakung. A
uuh
Yu
endapat teguran karena pek
itin?" Tanya laki-laki
sih" ja
i bagi kedua orang dewasa di jok depan. Mereka
itu cantik ya, dek?
nih!" A
f. Ha
i menjawab karena ancaman Yudi. Ancaman
nyak yang cantik"
yah?" Tanya ana
kut membuat si laki-laki dan perempu
masih kalah cantik,
He
elihat ke arah Yudi. Di saat yang sama Y
ha
dewasa di depannya kebingungan. Tak ada jawaban yang keluar sa
sebelahnya, saat dia giliran ditanya. Memb
tampak tersenyum lega. Seolah kekhawatiran yang sedari t
rasa tertarik dengan deretan rumah-rumah yang masih menggunakan arsitektur jaman dul
e arahnya. Seolah-olah mobil yang membawanya ini adalah kendaraan mew
pada akhirnya mereka berbelok ke halaman sebuah rumah. Di depan rumah, sudah menunggu,
urw
mbut kedatangan keluarga itu. Dia berhenti satu me
ang menyetir itu. Dia keluar da
yo sambil menyalami Purwoko. W
u lagi" celetuk
obil itu tersenyum pada w
s Purbo" kata Purwoko, me
ersama, mbak" kata wanita y
MIR
an tadi, memanggil dengan cukup kencang dari
k Ris
uga berseru memanggil nama anak perempuan
Ifa?" Tanya
k Wati" jawab wanit
dipeluk?"
b Amira dan
Ha
ha
akan mereka. Para orang tua menatap mereka dan ikut tertawa sejenak. Te
hirnya ketiganya bercanda bersama,
in musibah tanpa ada maksud dan jalan keluar" hibur wanita
pengen mas Pur bai
l dari apapun, F
ras dimiliki Purwoko, asal Purwoko
mau dikalahin temennya. Padahal cuman rebutan pengakuan, si
i cewek? Bahaya tuh, kay
Ifa terharu, mendapat sambutan hangat dari kakak iparnya. Merekapun melanjutkan la
menghadapi seorang raja, pak Purwoko berjalan sambil me
ng dewasa, Yudi dan Rista saling senggol. Mereka berbicara dengan bahasa isy
a benci" kata orang tua y
k bapak dikadalin. Karena buah jatuh, itu nggak
takut, seperti sedang menjalani persidangan. A
nggak berharap apapun dari kalian. Tapi kalau ada yang gagal,
apa
aki orang tua itu, namun dicegah. Akhirnya dia hanya memeluk kaki orang
ik dilihat Yudi, Amira
tua tadi. Tak ada kata yang terucap, hanya tangis yang kembal
ar. Itu tadi
pinggir jalan. Semua pe
ini, pulang" jawab orang tua
mentar pak RT. Dia
h Tin. Udah sepuh masih ngurusin sawah segitu luasnya" lanjut pak
Alloh nyuruh aku pulang" jawab pa
amit, mbah Har. Cuman lewat
! Ayo tak bikinin
u beli suket gajah dulu. Sap
ak ngopi dulu?" T
aja, gan" tol
Rumah limasan yang masih kokoh meski masih full kayu dan papan. Tak tam
ude aja, ya? Udah dikasih ranjang satu lagi s
sta dong, kung?" Tanya
lama yo, nggak pake
" Yudi memekik terkena
egur pak
an banget"
ha ha
malah tertawa meliha
ta. Walau merajuk tapi dia tetap
segini, Yud? Ps
yang" sahut Amira. Rist
ih, Hartati juga di
eneran, nih
ha" Amira ter
? Kamu kata anak kucing,
Ha ha h
wanya. Terlebih disaat sang kakak
an pakaian ke dalam lemari. Dia masih tidak menyangka, a
ak Purwoko. B
ut semua yang udah dia rampas dari kita" lanju
a tahu. Sakit emang, tapi ibu nggak pengen kehilangan ayah. Nggak u
n ayah
wab bu Ifa sam
ke dalam pelukannya. Keduanya