?" Rahang Andika mengeras, matanya terbelalak dan pip
pi panas yang tumpah akibat ketida
suatu yang membuat saya terjatuh," ucap Cantika
pi kemarahan. "seorang pelayan rendahan beraninya menatap nyonya rumah sepertiku! Apa kau ingin menuduhku melakukan hal hi
k, merasa ditekan oleh tatapan tajam suaminya yang membuatnya ingin menangis. "Saya tid
ngan geram dan menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan.
p Andika dengan nada sinis, lalu pergi dari sana tanpa menoleh, meninggalkan Cant
irik Cantika dengan sinis. Lalu beralih kepada tamu yang ditinggalk
a masih terasa sakit, gadis itu bergerak lincah. Sesekali, ia meremas pahanya, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara. Bekas kuku di pahanya tidak mempengaruhi s
a sambil membungkukkan tubuh,
itu memutuskan untuk mengabaikan tatapan suaminya dan melanjutkan langkahnya melewati
nya bergelora kemarahan. "Kenapa kau malah melewatiku?
ntika tak menatapnya dan malah berpu
i maafkan saya!" Cantika menjawa
ang berbohong, sehingga ia semakin kuat
Kau berbohong kepadaku? Padahal aku adal
ari cengkeraman tangan Andika. "Saya mohon, lepaskan say
enggigit, karena mengatakan hal yan
ini suara Andika terdengar melunak, mata yang tadinya tajam
asa sang suami mengenalinya. Baru ingin menggumamkan k
ngi tuanmu!" bentak Andika sambil menepis tangan C
lebar suaminya menjauh, yang berkali
pnya semakin menjauh. "Kenapa engkau melupakan istrimu, padaha
berisi gelas kotor dan pergi ke dapur. Beruntung gelas itu t
ng menumpuk di wastafel, lalu beralih membersihkan bagian lainnya. Cantika acuh saja bila ada yang melihat penampilannya sekarang. Air ma
ku tak yakin bisa bertahan di sini! Suamiku sendiri bahkan tidak mengenali aku,ng mendalam. Rasa sakit dari memar dan luka di tubuhnya hampir tak terasa, n
uaminya. Suaminya dan istri pertama terang-terangan berlaku tak adil padanya, membuat
a malah akan membuatku semakin menderita kalau terlalu
untuk membasuh wajah dengan air. Menyegarkan,
uku menjadi marah, jadi kau harus bertanggung jawab menghibur mereka!" Kart
aya lakukan?" tanyanya dengan raut kebingungan. Seumur hidupnya, ia belum pernah
an. Itu saja tidak mengerti!" gerutu Kartika sambil
p ragu kepada Kartika, entah kenapa jantungnya berdebar
lakukan hal rendah seperti itu? Aku hanya menyuruhmu menghibur mereka dengan menuangkan anggur
Cantika, lalu berlalu pergi meninggalkan gadis muda tersebut
iukir semanis mungkin di wajahnya, berharap mereka semua tak mengeluhkan layanan yang dirinya berikan. Dengan langkah a
heran ke arah ruang tamu yang kosong. "Loh, kok t
m ruangan yang berada bersebelahan dengan rua
nya seorang lelaki dengan senyum mesum mengembang di