u ruangan, setelah hampir tiga jam beradu urat dengan para peserta rapat. Masih terngiang di otaknya, bagaimana garangnya para j
en bertanya kuatir, menatap bosnya ya
eski di dalam ruangan terang benderang karena lampu, masih terlihat bias c
sih keluar hidup-hidup d
pat, merapikan dokumen yang berserak di atas meja dan menumpuknya d
si hitam beroda. Sementara di depannya, meja kokoh perseg
ertemuan dengan beber
ya tinggal k
a! Jangan n
a. Saya
sang sekretaris tidak akan pernah pulang mendahuluinya. Tak peduli, sebe
tornya. la mengguyur tubuh menggunakan air hangat dan memoleh wajah. Malam ini, ada pe
arena, mereka berada di lingkungan pergaulan yang sama. Mereka saling kenal satu sama lain suda
, dan bergairah yang menyelimuti dirinya, kini kembali terlintas dalam otaknya. Daniel memang Iaki-Ia
api, Iaki-laki itu sudah bahagia bersama
ia belum bisa melupakan sang mantan tunangan. Benarkah? Ia sendiri pun tak tahu
k lagi berniat menghubungi laki-Iaki itu. Tidak juga datang ke acara-acara yang d
pendek dan potongan leher berbentuk sabrina, ia melangkah keluar. Persis d
Sudah malam ini!
an memberi hormat. "Siap,
kantor sudah sepi, tidak banyak yang nnasih tertinggal untuk bekerja.
kantor sudah berlalu. Meski begitu, keadaan lalu-lintas masih padat. Para pengendara motor seperti
n di hal
sempurna, ia turun dari mobil dan
, Na
n dan dua laki-laki yang sudah menunggunya. Seperti tebakannya, ada Daniel di sana. Laki-laki itu terlihat menawan
ian. Apa
engan laki-laki pirang. Tersenyum ke arah Daniel dan menge
ih, rahasianya." Perempua
lihat makin cetar. Potongan rambutmu kayak De
ki berkata begitu, perempuan berambu
aya." Seorang perempuan dengan anting-anting besar di telinga dan rambut disanggul membi
aki-laki. Makanan yang mereka pesan berdatangan dan menumpuk di atas meja. Tanpa memikirkan kalori yang masuk
h, kamu nggak pernah mau macari aku?" Tiba-tiba