arinya meremas ujung blazer yang ia kenakan. Reaksinya membuat Dani
ya becanda. Ungkapan cint
nie
sik. Tanpa cinta, tanpa komitmen. Aku ta
annya. Fernanda menatap Daniel dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Dengan
kan perasaanku." Daniel meremas lembu
mbut Daniel, namun sebagian lagi seolah membatasi dirinya untuk membuka diri lebih jauh lagi dalam hubungan ini. la me
n? Aku sedang sibuk m
bekerja keras. Aku tid
an itu. Siang ini, Fernanda memakai setelan blazer biru Iaut dengan kemeja satin putih se
skan usaha keluarga mereka ini. Papanya telah mendidik Fernanda dengan sangat baik, hingga da
mu masih belum bis
snya ia menyebutkan nama itu. Satu nama yang telah merubah Fernanda hingga menj
tangan Daniel di atas punggunya dan bangkit dari sofa. la berdiri marah di ha
mengungkit-un
apa. Aku hanya bertanya tentang kenyataan
. Baginya Evan adalah masa lalunya, dan hanya dia yang berhak mengungkit tentang laki-laki itu. la sudah berusaha mengubur dal
nyiramkan garam dengan mengungkit kembali kenangan dengan sang mantan tunan
tap meja kerjanya yang berada di ujung ruangan. Sengaja de
Aku tak m
g memandangnya tajam dari balik Iensa k
beradu dalam satu garis lurus. Bisa dia rasakan napas berat laki-laki itu
bohongi?" bisik Daniel dengan m
jalari tubuh Fernanda. "Daniel,
usaha menolak namun respon tubuhnya tidak demikian. Bulu-bulu halus di leha
tkan," ucap Daniel dengan nada sensual yang
an mengisap bibir Fernanda dengan kuat. Menyesapi setiap rasa dan inci bibir perempuan itu. la tak peduli meski Fernanda berusaha
erempuan itu dengan ujung ibu jarinya. Bibit Fernanda yang memang sudah be
gan tubuhku. Tapi, tidak hati
tu ruangan Fernanda. Membuat perempuan itu berdiri gamang dengan perasaan yang mengambang. K