engan kopi dan camilan. Itupun sudah dilakukannya tiga jam yang lalu, dan hingga lewat tengah hari hanya air putih
epit waktu. Ia harus bergerak cepat dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Baginya sa
n izin masuk. Tak lama sosok sekretarisnya muncul. Seorang laki-laki
Saya bisa pesankan di
atas dokumen. "Nggak bisa Wen, aku masih sibu
g itu penting loh. Bagaimana Anda akan punya tenaga
ekretarisnya dengan heran. "Asta
ggil Arwen tersenyum keci
a keluar! Panggil aku
ih dua jam
wen, kamu
Fernanda yang menunduk di atas dokurnen. Saat kakinya mencapai pintu, terlintas ide di kepala Arwen dan membuatnya t
a merasa punggungnya kaku. Ia bangkit dari kursi, sedikit menggerakkan bahu dan menarik napas panjang. la ber
suu
gerjapkan matanya beberapa kali, seolah tidak yakin akan ke
an, Sayang? Aku bawa
an di tangan. Dengan cekatan laki-Iaki itu mengeluarkan k
Tumben siang-sia
n kotak di tangannya. "Mau traktir kamu mak
apan Daniel. Ia menatap dalam diam saat tangan laki-laki itu bergerak cekat
pasti belum mak
membuat nafsu makannya terangkat. Tak menghiraukan Daniel yang duduk memandangnya, ia menyantap salad den
au tamba
ggeleng. "In
gur
ma ka
tungan menit dan sebotol yogurt habis ta
?" tanyanya pada laki-Iaki yan
uga. Kamu kan selalu git
narkah? Lalu, kamu sendi
re ingin bertemu klien. Yang kebetulan
l? Tumben? Kli
ah dengan salah satu anggota dewan. Ia punya banyak usaha
ingkai wajah tampan laki-Iaki itu. Daniel mernpunyai mata tajam, bulu mata lentik untuk ukuran seorang laki-lak
melamun
da tersadar. "Nggak ada, curna p
lut Daniel. "Kamu baru sadar? Ast
anjangnya ke belakang. "Sudah tahu dari dulu
gan tisu dan mencondongkan
kamu makin ci