anyaan diriku. Ia hany
baik-baik saja?"
nannya. Lalu dia pun mengangguk. "I-
kah kamu jawab pertanyaanku yang
Ia hanya menatapku tan
mi. Lalu, Risa langsung mengalihkan pandangannya k
isa," ucapku sambil melamba
*
tanganku menuju ke arah rumah kami. Untungnya, Radit t
akan. Banyak sampai kulit kacang bertebaran di lantai dan sebuah bekas mie instan cup. B
anku. Sebab perasaanku mulai tak nyaman. Aku yaki
*
melom
jemuran. Bahkan, ketika aku cek di kamar mandi, p
arah. Aku buru-buru mencari Mas Rudy di setiap sudut rumah. Hingg
padanya hari ini. "Kenapa pakaian kita m
sib
cuma minta tolong buat jemurin k
rahku. "Kamu ini cerewet ya!" ucapnya sambil mendorong tub
bangun karena mendengar teria
as Rudy menjemur pakaian termasuk cerewet?" tanya
u udah datang, gak usah nyuruh-nyuruh orang!" teriaknya. "Udah ah, aku gak mau
saat Mas Rudy menyebut Radi
utan seperti tadi!" balasku yang ta
telinganya. "Aaarrkkkgh! Anak s*tan! Telingaku panas de
gan Mas Rudy agar dia lebih menjaga ucapannya. "Mas! Jaga ucapan M
cukup kuat sehingga membuatku terjatuh ke lan
itu dengan sebutan apa!" ucap Mas Rudy yang seperti
Tok
intu rumah k
lu menatap diriku dengan tajam sambil menunjuk jari telunju
*
ai teriak-teriak segala!" Seorang pria setengah baya nampak m
ati kutu. Ia tak be
eriak, mending pind
Pak. M
ta maaf doang, t
ya minta maaf atas kegaduhan yang terjadi. Saya ja
cerai aja sih kalian. Daripada kalian teta
ung tertunduk
*
sai pertengkaran hebat itu. Sementara aku
buatku kepikiran. Apa mungkin aku me
ering dari arah ruang tamu. Aku pun segera beranjak
p di atas sofa. Sementara, sua
mar kulihat nama seseorang
di layar ponsel Mas Rudy. Sebuah telepon
y. Lalu, setelah dirasa aman, aku se
da ja
*