pada saat yang bersamaan seperti ini sejak Madan --put
adli dengan senyu
meletakkan secangkir teh di depan Fadli, "biar saja mereka yang bingung, Mas. Mas Fadli be
ngeyel dan punya pendapat sendiri yang tidak bisa diintervensi oleh Fadli, seperti layaknya anak-anak Fadli. Tetapi, ya, mau bagaimana lagi. Faiz,
a te
s Fadli na
lirik Ya
amu diculik orang yang kerasukan, Na. Kenapa kamu tidak me
ini gimana, to? Ratna, kan
micingka
ah! Ben
rang-orang ramai ke rumah Hasna, tetapi Faiz malah pings
ik-baik saja, Mas
hari ini memang Fadli merasa agak lelah, dia mengisi kajian setelah Subuh dan mengajar sampai Dhuhu
paham. Dia mem
nya kurang sehat.
ters
Mengajar dua tiga jam
tengah menggoda Fadli, sambil memeluk tangan Fadli. Fadli tertawa. Ah, betapa lama dia menjadi peruqyah dan anggota bahkan ket
lu aku juga selalu jadi milikm
h dengan Pak Sapto. Masak s
awa terbah
aku begitu, Na?" Yasna makin
ggu Mas Fadli pulang? Nggak, Mas. Na selalu khawatir, Na kadang memangis dan Na selalu berdoa agar Mas Fadli dan anak-anak dan semua tim ekspedisi selamat sampai tugas selesai. Na tidak pernah peduli apakah kasusnya terpecahkan atau tidak,
kit atau ada anak kita yang terluka, hilang atau entah apa lagi. Astaghfirullah. Rasanya
kspedisi lagi, ya? Mas F
cerita dan permintaan Yasna. Ah, hati Fadli seakan
yang tiba-tiba muncul begitu saja. Membuat Fadli merasa makin bersalah pada
etika memeluk Yasna, terutama ketika dia bertanya-tanya dal
*
gidik. Dan entah kenapa tiba-tiba Diana melihat ada palu di tangannya. Palu yang cuku
ecah berkeping-keping, menciptakan suara yang begitu keras dan bising. Diana menutupi kedua telinga
ra terbangun dan
berisik?"
ri telinga dan mulut Aura. Dan ketika Aura berbicar
erisik?" teri
dak berani menjawa
yang duduk bersimpuh di depan Aura dengan wajah pucat pasi. Au
perti menyakitkan. Aura berjalan terpincang. Sepertinya kakinya sakit, dan kemudian Diana menyadari kenapa Aura pincang, ketika meli
ya. Diana menggelengkan kepala
u? Apakah aku memuk
l itu membuat darah
. Terima kasih sudah mematuhiku," bi
kan dipalu dengan keras dan bertubi-tubi. Sakitnya tak terperi. Dan Diana bisa mendengar bunyi tulang yang retak, patah atau bahka
rasal dari kepala dan lututnya sendiri. Diana be
Ribut
ra? Bukankah Bara sudah mati? Bukankah dia
minum!" teriak Bara. Dia memanda
setetes pun darah di kepala atau pun lututnya. Diana memandang berkeliling dan dia sud
Diana m
ana yang mimpi. Diana merasa begit
*
engan murka. Naim menu
zim. Oh, kemarahan Fadli terpaksa harus menunggu dulu. Di
g perawat yang memintanya untuk melakukan beber
pada Ustadz Hasan,
nyum penuh makna.
ondisi pasien selain kepada keluarga pas
um mafhum. Di
a Ustadz Harun apakah juga di rawat
etika memandang Fadli, tetapi kem
ya yang tidak tahu, Pak. Karena saya bertugas
awa dan be
lupa," jawab Fadli dan dia bur
*
elain dadanya yang bergerak naik turun perlahan, seiring deng
kehidupannya? Fadli segera beristighfar karena merasa memiliki pemikiran buruk seperti itu. Dia segera mendek
ini Fadli," bis
da Ustadz Harun. Fadli memandang wajah nelangsa itu dengan iba. Wajah Ustadz H
gan Ustadz Harun d
arena tahu Ustadz Harun adalah seorang yang kuat dan
tersenyum. Tentu saja. Apa
Ust. Semoga Allah menguatkan Ustadz Harun dan kelua
lir air mata mengalir dari netra Ustadz Harun yang
merasa i
*
ang memang pantas disebut dapur, karena di sanalah Diana memasak. Dia
emua. Dia harus segera mendapatkan uang untuk membeli semua bahan
a menuangkan air panas itu ke dalam gelas berisi kopi tadi. Bau kop
di depan TV, tetapi sekarang lelaki itu tidak kelihatan. Diana tidak peduli. Dia segera membereskan ruang tengah yang penuh dengan sampah dan bera
um-kuntum bunga melati dan bunga kanthil yang menciptakan bau wangi lembut dan melenakan. Buku kuduk Diana
a itu di lantai? Diana bergidik lagi dan memaksakan dirinya untuk tidak memedulikan hal itu
*
ar suara hujan di luar, dia segera keluar untuk mengangkat jem
a. Oh
ggilnya untuk melakukan ini itu? Bukankah dulu, tidak pernah ada
tu. Kamar yang sangat dibencinya, dan untuk menuju ke kamar itu, Diana melewati ruang tengah. Dan sekali lagi dia
ti. Diana bergegas menuju ke sebuah pintu kamar yang ada di depannya. Dan pada saat itu lah dia mencium bau kembang melati dan kanthil lagi, seperti tadi ketika
ata membayang di pelupuk mata Diana. Dia mengambil keputusan akan memikirkan ha
u. Diana mundur karena ... karena kamar itu sangat bau. Oh, baunya tak
ita itu teronggok begitu saja di salah satu sudut ruangan itu. Dan bahkan dari jauh
ka seperti
*
a tidak ikut senang dengan kepulangan Ratna, bukan, bukan itu. Tetapi Fadli merasa ba
an dalam keadaan selamat, lalu kenapa tidak ada orang memedulikan nasib Madan, atau paling tidak menanyakan tentang keberadaan Madan? Atau ...
, tetapi siapa? Ah, dia harus menyembunyikan semua pertanyaan-pertanyaan itu dari Yasna.
a. Dia tahu
*