Bangunan nan megah di tengah kota Karang Pandan yang sering dilewatiny
hidupannya. Saat Diana benar-benar butuh pegangan dan sandaran. Dan saat itulah
tapi baru dia melangkah masuk, tiba-tiba Diana mendengar teriakan hist
Mereka adalah lelaki-lelaki berambut panjang yang me
nabrakkan diri pada pria yang mereka kejar. Mereka berdua terjatuh tepat di de
n!" teriak seorang pria sepuh --yang
pada Diana, dan dibantu dengan beberapa orang mereka mengangkat tubuh pria yang nampaknya pingsan
erjadi di sini. Jin yang ada pada pria itu ta
nya. Melihat baju dan jilbab wanita itu, sepertinya wanita itu memak
santri baru?" tanya wanita i
e bagian pendaftaran," kata Maya dengan ramah. Diana mengangguk
erapi ruqyah. Dan Diana mendengar te
ria itu memeluk pria dengan rambut dikepang yang dilihat Diana tadi. Semua orang tertawa termasuk Diana. Pr
lu be
*
ng di angkasa dan teriakan-teria
n orang yang keheranan seperti dirinya dan tidak ada satupun orang yang keluar dari rumah mereka. Komplek perumahan ustadz ustadzah di belakang ruang terapi ruqyah itu sepi.
njengit terkejut melihat orang itu dan juga berdebar kencang ketika mendengar teriaka
meng
ari masjid, Ust,)" jawab Ratna agak bingung. Orang itu juga terlihat
ekerjaannya sebelum berangkat bekerja. Ratna tersenyum. Dia suka dengan ritme di pesantren ini, karena semua benar-benar membuat Ratna berdebar tegan
Rat
depan. Ratna bergegas ke depan. Sepertinya dia tahu pemilik suara itu. Dan duga
dengan ramah. Wajah cantik
karena sudah sekian kali ada yang mencari Y
Ke mana anak itu? Sukanya ng
jid, Budhe, (Tadi ummi belum pulan
meng
uga, kan?" tan
juga belum melihat suami dan ibu mer
ru sadar kalau Mas Faiz juga belum pu
a pulang, tolong diberitahu kalau banyak yang cari
dan mengiyakan
Kamu belum masak, kan?" tanya
Budhe)" jawab Ratna geli. Dia segera masuk ke dalam
ini orang yang masuk itu dengan berlari terengah. Ratna sangat terkejut dan membuka tirai yang membatasi ruang tengah dengan dapur, dan Ratna melihat pria itu. Seorang pr
landa ke
jalannya?)" tanya pr
iri mematung di balik tirai pintu dapur. Kem
na lar
harus mencari
da beberapa orang yang masuk ke dalam rumah Hasn
rnyata d
Pak! Ayo, kita ke rua
ndang berkeliling dengan panik dan
ndangnya penuh kemarahan. Seharusnya dia berlari menghindar
tu hanya menguap dalam ketegangan. Dan dengan kecepatan kilat, pria itu
enaiki tangga yang menuju ke tempat menjemur pakaian dan ... dan di sana tidak ada s
salah satu menantu cucu
*
kdhe," kata Faiz. Dia te
meng
. Kamu beristirahat dul
erdiam di sini. A
tidur Faiz. Faiz menggeleng lagi. Air mata mengalir di pipi Faiz, dalam kesenyapan. Oh, wajah pria muda itu
ggeleng. Dia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya saat ini. Dia merasa tidak ada yang akan mengerti perasaannya sekarang. Faiz tidak bi
. Pandangan kemarahan itu adalah milik Galang, bapak Faiz yang telah meninggal b
engangk
i mau ke mana?" tan
ya masa bodoh, dia na
a kabar untuk kita," kata Fadli. Faiz terdiam. Pandangannya menerawang ke atas. Air
bur Faiz dan akhirnya Fadli memutuskan untuk meninggalkan Faiz sendiri. Fadli keluar dari
terjadi?"
Fadli untuk duduk dan menc
*
tinya dia memiliki sesuatu di tubuhnya yang bereaksi sangat keras ketika
Za?" tanya Fa
ng Naim. Nai
Pak," ja
pandangan. Fadli b
, Za?" tanya Fadli. Dia memeja
pi mungkin seperti apa yang kubilang tadi, Pak, ada sesuatu di dal
an kepalanya. Dia
al ini pada beliau?" tanya F
arang ada di rumah sa
, masalah sudah berkembang dengan sangat pesat. Sangat
memintanya untuk bersabar ... oh, ya, kalian sudah mencari tahu ten
an sedih tadi Ustadz Harun mengatakan bahwa putra beliau selalu pergi ke sebuah desa kecil bernama Papringan Ijo d
a karena menjabarkan informasi yang kurang pantas
ahu informasi ini,
mendo
Ustadzah Isti pun tidak tahu informa
antar aku ke rumah sakit untuk menjenguk Ustadz Harun," kat
dan Naim dengan wajah dan langkah ya
u, Mas?" bisik Faza.
tunya rasa Ustadz Harun saat ini. Ketika tahu anaknya menjadi kurang sholih dan
ang satu yang menjadi warok itu," bisik Naim. Mereka berpandanga
Ustadz Harun itu
Ratna adalah putra beliau yang kedua, yang kalau tidak salah sudah bergant
sepertinya belum pernah mendenga
semua dibesarkan di luar pesantren. Aku dulu pernah satu kelas dengan Uto
menga
sakit apa, Mas?"
. Lalu kami berpisah, tetapi sepengetahuanku, dia masih sakit juga, kalau yang sekarang aku tidak tahu sakit apa. Sementara Madan, adik
, ya, Za?" tanya Naim. Dia nampak merenung. Faza menimbang-nimbang perkataan Naim
a segera ketemu dan Madan segera kembali kepa
Wajahnya tiba-t
awal, tetapi pasti bapak akan murka dan sangat sedi
nya Faza. Wajah Fa
in, Ustadz Harun langsung tak sadarkan diri dalam waktu yang cuk
akah Ustadz Harun b
ih dan menggele
udah tidak sada
*
iana. Dia sudah sering tidur lebih malam atau lebih awal lagi. Kemudian dia diminta bangun paling tidak jam tiga pagi.
empat. Setelah semua ibadah pagi sampai subuh, Diana harus bersiap-siap untuk mandi dan memula
, Mbak?" tanya Aura, salah seorang
idupan yang lebih keras dibandin
kamar dengan Diana berpandangan
apa, Mb
au sharing ce
awa. Dia m
semoga cerita ini bisa menjadi pelajaran un
an Karang Pandan. Rumah kumuh, kotor dan sangat sempit itu. Bau apak rumah itu terpampang
ana sekarang, membuat Diana membayangkan ter
pemalas itu?
berhenti berjalan dan meringkuk di sudut ruangan
Di mana
nnya. Dia takut kejadian di masa lalu
ncuci baju, Buk.
sah. Aku mau
tar, Buk. Bar
inya dan berteriak padanya dan kemudian hari itu akan menjadi hari yang sangat buruk bagi D
bisikan itu d
u sa
sangat kita benci. Membayangkan suara keretak palu beradu dengan tulang kepal
ana! Mba
lon
lon
an. Di mana teman-temannya tadi? Dan kenapa tadi dia mendengar
. Dia melihat Aura terbaring di d
*