kejut ketika melihat seorang pria tengah baya berjalan dengan terhuy
pa d
ang penting kita haru
membawa pria yang pingsan itu ke dalam ruang te
apa,
, Ust. Sepertinya pri
ia ker
, Ust. Kita bang
an. Tak perlu waktu lama, sang pria pun membuka matanya dan tersengal
ia itu dengan dada naik
um dan mendek
tahu, Bapak siapa, njih?
awah. Pria itu nampak ragu dan sangsi, sekaligus takut melihat Sapto yang
an?" tanya pria bernama Sasmito itu dengan suara gemetar. Sekali la
uk ke sini! Saya mohon b
m dan mengelus
Pak. Pak Sasmito tahu bapak di mana?"
mana, Pak?)" Sasmito menjawab
ntren ruqyah Karang Pand
n keningnya menden
auh sekali. Saya
mendengar ja
Tadi dari Tintrim naik apa, Pak?)" tan
g Pandan, (Lari, Mas. Aku tidak tahu kalau aku berlari
o? Bukankah jarak Tintrim ke Karang Pandan itu jauh? Bahkan dengan kendar
i Tintrim jam berapa, Pak?)" tanya Sapto berus
. Aku mengejarnya. Lalu Sukesi masuk ke sini, dan aku ikut masuk ...." Sasmito me
Tintrim ke Karang Pandan, ya? La terus tadi Sukes
nta Fatih bergeser dan kemudian Sapto menggenggam tangan Sas
ke arah Sapto da
saya memarahi Sukesi dan kemudian Sukesi lari. Saya mengejarnya dan yah, saya sampai di sin
ghentikan bacaannya dan
perlahan dan penuh kasih sayang. Sasmito semringah. Dia mengangg
Sukesi
ang sarapan. Fatih mendongak da
ih. Rahman tersenyum dan
amarmu dan ... dan aku melihat siluet wanita di sana." Rahman pucat mengingat pengalamannya tadi malam, dia ingat bagaimana siluet wanita itu menggenggam tangannya dan nyaris menci umnya,
hman. Wajah Fatih terlihat sangat tidak suka de
marmu," kata Rahman membela diri, kemudian dia menceritakan pengalamannya bert
aja dari kamarku, Man?" tanya F
Jawa, Tih. Kadang juga suara gelodak yang cukup keras dan b
Dia melepas kacamatanya dan me
alam wujud kuntilanak atau sejenis itu. Aku kurang paham namanya apa, yang pasti dia selalu mengganggu waktu tidurku, waktu bangunku
er dari posisi duduknya. Fatih
h duduk tepat di sa
merah yang berdiri di depan para ustadz dan Sasmito
dari Tintrim? Mana Rendra?" seru Sasmito terbata. Sukesi ter
kesi tersenyum kepada semua orang yang
aya di rumah samping pesantren. Sepertinya bapak berhasil melarikan diri. Say
dengan welas asih. Sebulir air mat
ulang, y
o meng
ukankah kakakmu sudah bu