kati Sukesi
tanya Sapto. Sukesi memandang ke arah Sapto denga
a di sini. Di dapur,"
dekat sini?" tanya Sapto
enjemput bapak atau ... atau kita antar bersama bapak dan Mbak
dak mau dengan keras, membuat Sapto --dan orang-
dan Mbak Sukesi yang berboho
rpandangan dengan sen
a?" tanya S
? Bapak nggak usah berpura-pura berlari-lari dari Tintrim mengejarku. Bapak hanya ingin
amar indekosnya dan duduk di tepi ranjang. Fatih berharap tidak ada lagi
i dan selama itu pula Fatih tidak pernah bisa tidur nyenyak sampai pagi. Pasti ada episode terbangun dan diganggu oleh Kadita atau teman-teman Kadita. Fatih
tas tempat tidurnya dan Fatih menindih ular jadi-jadian ketika dia hendak tidur. Fatih bernapas lega, ketika tidak ada apapun di atas tempat ti
kan Kadita kepada Fatih sebelum meninggal. Fatih ingat dengan jelas bagaimana tangan Mbah Atmo yan
ca ya, Le? (Kamu kub
kakeknya, tetapi ternyata kakeknya cukup kuat dan tidak memperbo
Tih?" tanya Mbah Atmo lagi
ah?" tanya Fat
n yang akan menemanimu
idak paham apa makna akhir hayat, sehingga Fatih hanya b
ti
h Atmo memberikan sebuah bola kecil --seukur
ini,
nmu. Cepa
a memandang bola it
erti apa, Mbah?" tany
Mbah Atmo. Fatih menjengit kaget dan dengan buru-b
erbau seperti minyak tanah. Fatih menahan muntah ketika menelan bola kecil itu. Dan anehnya bola kecil itu masuk ke dalam tubuh
nteng. Fatih mengangguk, karen
akan berbicara padam
masuk ke dalam tubuh Fatih, Mbah Atmo langsung lemas dan tak sadarkan diri. Setelah itu Mbah Atmo dibawa ke rumah sakit dan dua hari kemudian Mb
enampakkan dirinya sebagai kuntilanak-- melayang di atas tubuhnya. Fatih mengu
hak dan melayang-layang ta
teriak Fatih. Kadita m
au! Aku ingin denganmu.)" Kadita teru
, Tih. Kita berjodoh. Kamu tahu itu, kan? Kamu tahu, kan?" Kadita terus melayang di
an. Dia berkomat-kamit membaca
rang. Dia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Oh, apakah baju Kadita memiliki saku? Fatih baru tahu kalau baju kuntilanak
berani dengan ben