erita tentang temannya yang bernama mbak Dini. Padahal setahu Rat
berumur enam tahun itu membuang muka karena marah, ibunya tidak per
hela nafas
ahnya di mana?
nanti kalau mbak Dini
menj
Dini ke si
h bobok!" Seru Sita asal, di
gar cerita anaknya itu. Suaminya, Abdi, tid
l suka bicara sendiri! Kurasa Sita se
i, setelah itu dia tidur di tempatnya bermain! Bahkan pernah tidur di kamar mandi! Waktu aku
anak mereka. Dan hal itu membuatnya tidak terlalu berkonsentrasi bekerja
*
ni!" Kat
ja pulang segera
a,
am kejadian sema
i HP Ratna. Abdi melihat Sita terbangun da
Sini masuk, Mbak! Ibu s
, seperti memberi jalan sesuatu atau seseorang untuk masuk ke dalam kamarnya. Tirai je
engangk
yang ma
Mas!" Jawab R
i kamar yang gelap, dia berbicara sendiri dan nampak seperti sed
ti memeluk seseorang di depannya. Dia bergelung dan
lihat anaknya tidur sambil dipe
enangis
kan Sita, Mas!" Isak
enelfon seseorang. Setelah seles
ke pesantren ruq
*
ke ruang terapi ruqyah. Seorang anak perempuan keci
gsung mengejarnya. Dan me
Sapto masuk ke ruang terapi. Sang anak memperhatikan Sapto. Tiba-t
belakang. Dia tersenyum. Dia menjinjitkan kakinya untuk menyentuh dagu Sapto. Dia te
nya pelan, sea
ersenyu
saya Sapto. Anda siapa?)" Tanya Sapto kepa
papun atau siapapun isi di dalam tubuh anak ini bukanlah sesosok ma
lupa padaku?)" Tanya anak i
menela
yang mengaku kenal dirinya, tapi dia
Ndhuk? (Iya, aku lupa. Kamu
tu melotot
kowe! Kok, aku diceluk ndhuk! Aku iki embanmu! (Hush! Kok ndhuk! Aku itu dulu yang menemaninu kalau
ut mendengar semua ocehan jin itu. Tapi tetap saja dia
n ndara Kusumo ke dalam tubuhmu. Tanpa diajari
itu
mu setiap hari, lo! Masak kamu lupa?" Tany
aupun dia sebenarnya juga
i? Omahmu ning wit to? (Sekarang aku yang tanya. Kamu ngapain di
bapak sang anak, men
jawab Abdi. Sa
ada pohon besar at
menga
sebelumnya tidak pernah ada gangguan sama sekal
taawudz dan memb
men
ik gelem, lo, To! Aku manut karo mbok Rah! (Jangan, To! Jangan! Aku jangan diusir! Aku ikut kamu saja, ya! Seperti dulu! Kamu kuaja
o te
k Rah, to? (Kamu menurut sama mbok Rah karena
itu menggelen
duweke bapakmu! (Nggak, tuh! Aku buka
uhnya. Dia terdiam. Semua santri memperhat
pa
Sapto. Bapak? Bapaknya? Seumur hidupnya sampai
kku? Kamu jin punya bapakku?)" Tanya Sapto dengan ta
ia tersenyum lebar. Jin itu akan memanfaatkan saat krusial dia
kecil itu sambil melantunkan ayat ruqyah. Membuat Sita, sang gadis kecil,
mbiyen sing ngrumati kowe! (Bapakmu ndara Wardoyo Kusumo, To! Bapakmu ndara Kusum
umo. Seorang juragan yang sangat arogan pada masanya. Sapto ingat dengan jelas bagaimana merek
at oleh seorang janda tua bernama Ragil, dan bukan mbok Rah. Sapto tahu mbok Rah adalah seorang pelayan di rumah ndara
n dari belakang Sapto. Sapto mengangguk. Sapto mundur dengan lemas. Fahri segera
akan memberitahu semua rahasia Sapto ust
erus merapal ayat ruqyah d
hamil. Kemudian setelah melahirkan Dyah dibunuh ndara Kusumo tapi tidak mati. Dyah melarikan di
membunuhmu! Pindahlah rumahmu ke tempat yang jauh dari pemukiman manusia!" Kat
tu saja. Beberapa santri akhwat segera me
, apa yang
ters
to pendek, "Setua ini saya baru tahu bapak saya," bisik Sapto la
u tidak bisa berkata-
mberi saya petunjuk siapa b
sih meras
Sapto baik
angguk dan
. Insya Allah saya a
*
menj
bahagia. Akhirnya dia bisa pulang juga setelah sek
asa takut pulang ke desanya. Dia takut kejadian
n desa yang masih tandus dan berbatu. Masih sep
ia membelokkan motornya ke sebuah rumah kecil di ujung
t Wiwit yang berjalan ke arah pintu. Wanita itu tersenyum menyambut Wiwit, walaupun hati wanita it
(Kok, malam-malam, Wi
gup. Dia mencium t
ketahuan warga desa kal
bu ter
, Wit?" Tan
berpandangan. Lama-lama mereka sama-sama meneteska
yuwun ngapunten! (Wiwit minta maaf,
sujud sambil meminta ampun kepada sang ibu. Hati
h, Nak!" Bisik sang ibu lembu
afkanmu!" Bisik
*
rena siapa tahu dia bisa bertemu lagi dengan gadis cantik,
knya ustadz Fadli, menantu ustadz Irfan. Dia sek
ukup jauh. Bahkan sangat jauh. Tapi Bambang teringat Rasulullah dan
rapan itu seakan pupus lagi ketika mengetahui bahwa Annisa dan Fadli
undur saja. Dia tidak memiliki apa-
ecewa. Dia merasa sedih sepanjang ha
i har
Tintrim. Mendengar itu Bambang begitu bersemangat. Senyumnya terukir lebar. Sekarang di
di rumah tahfidz, yang juga adalah bibi da
h, Ustadz? (Sudah pernah bertemu A
ali pernah bertemu di pesan
isa mengajar hari Jumat sampai Ahad saj
a bantuan dari mbak Annisa," jawab Bambang, sa
a. Suaranya membuat jantung Bamban
ihat dulu dengan ustadzah Atikah, njih, ust. Moho
a Annisa. Padahal Atikah terbiasa bertemu dengan Bambang, mereka sering ngobrol juga dan Bamba
sepertinya mas Dimas ma
*
dak mengajar, dia hanya mengikuti dari depan dengan bebera
melihat
ketika masih kecil dulu. Waja
tu Bambang teringat berita yang menerpa sang pemilik wa
enyangkal tuduhan itu Wiwit dan keluarganya bahkan sampai melalukan sumpah pocong? Ta
ungkin sudah saatnya Bamb
*