ebaik mereka lagi," mohon sang Ibu dengan tulus. Fatimah mendu
ana nampak bahagia, "Mamah harap kamu bahagia. Oh ya, pernikahan kamu juga akan k
us meskipun jauh dari dalam lubuk hati
ekspresi sang Ibu yang begitu bahagia, maka hal ini berkebalikan dengan e
*
dirinya yang kini memakai pakaian pengantin di depan cermin. Baju yang ia kenakan
eluarga dan juga beberapa saksi. Fatimah menund
ani Binti Supriyadi dengan Mas Kawin tersebut
para
ah
ap biasa saja. Siapa? Bahkan dia tidak tahu siapa yang sudah menikahinya, dan dia dari awal enggan mengetahui orang itu, gadis itu se
karang temui
e
coba menahan rasa sesak di dadanya. Gadis yang tengah mengenakan cadar itu beran
i Fatimah pun memegangi tangannya
Sang Ibu den
rga dari kedua belah pihak yang menghadiri akad pernikahannya cukup ramai.
e
durkan langkahnya. Gadis itu benar-benar tidak menyangka sa
ka cadar
. Saat cadar itu terbuka secara ke seluruhan, pemuda itu langsung terd
sudah menjadi suaminya itu. Baginya ini benar-benar kenyataan yang begitu mengejutkan. Seseorang yang satu
lu. Ajay mengambil cincin yang sudah di siapk
t sulit. Tangan Fatimah pun turut bergetar, untuk pertama kalinya seorang pem
di jari manis gadis itu. Fatimah pun melakukan hal yang sama, gadis itu memakaikan cincin di jari
ikit pun. Para tamu pun perlahan bubar ke tempat masing-
bisa menjalaninya dengan lancar tanpa hambatan, dan kami harap kalian selalu
padamu," lanjut Pak Supriyadi dan
engan patuh, sesekali pe
i sangat senang karena kami bisa ber-besan dengan keluarga
ubungan kita akan selalu baik
n Ya A
. Kami jamin putri bapak akan kami jaga sebaik-baiknya,"
ak Iskandar, Ibu Mira,
mmu'alaikum," pamit Pak Iskandar da
msalam, Fi
berbeda, yang hanya terdiri dari Ajay, Fatimah dan juga sopir. Keduan
etelah sekian lama ke
sahut F