linya mereka menjadi suami
sadar bahwa Lukman telah begitu teliti sa
atinya dipenuhi kekecewaan. Jelas baginya bahwa dia s
a menyadari Lukman benar dalam sat
ia pertimbangkan akan lakukan, yaitu meninggalkan Lukman. Dia tahu
hana warna hitam. Sentuhan lipstik merah mencerahk
sehingga hanya perlu mengenakan sedikit
pada Lukman, tidak menyisakan ruang untuk memenuhi kebut
ya yang bernama Rianti Septian. "Rianti, ka
"Elisa?! Apa aku sedang bermimpi atau mabuk? Kamu mau ke sini? Bukankah hari ini hari peringatan pernikahanmu
kenal dengan julukan Lukman Dingin karena
ilan mereka. Sekarang, dia menganggap tindakan mereka lucu dan tersenyum. "Aku masih muda. Kenapa me
ari sisi Rianti saat E
-lama berada dalam bayang-bayang suaminya. Dia harus tetap bergerak, mengunjungi tempat-tempat paling ramai,
ngan orang lain, seperti teman kencannya s
terang milik Lukman dan melaju ke
Lampu neon berkedip-kedip dan musik me
uar untuk menyambut kedatangan Elisa. "Elisa! Sedang ap
di waktu yang sama. "Lukman tidak bisa menggangguku lagi. Aku sudah se
inya begitu dalam, kemudian pergi begitu
segenap jiwa dan raganya, tetapi
Elisa yang begitu dalam pada Lukman. Selama tiga tahun Elisa menghadapi berbagai macam
alam, bahkan terkadang sama
a memberi kami kehidupan yang lebih baik. Aku mengagumi betapa serius
kan mengabaikannya dan berkata, "Pada dasarnya dia pendiam. Cinta tidak s
kah tanpa cinta, dia tetap menghormat
menjelaskan, "Dia suka memisahkan kehidupan pribadi kami dari peker
pada Lukman, tetapi sekarang,