tang satu jam yang lalu. Harusnya Bryan langsung pulang karena ada janji makan siang dengan Ayahnya. Hanya tinggal tig
pada Bryan lalu bangkit dari kurs
as dan mengikuti Dira. Bryan bangkit dari kursi dengan malas lalu membereskan bukunya. Arya, sahaba
nnya udah telat janji lo," ujar
nunggu mereka. Arya duduk di depan sementara Bryan dan Indira di belakang. Tangan Indira tetap bergelayutan di lengan Bryan. Arya sudah biasa melihatnya, dia tau bahwa Indira me
yan lebih dulu, sebel
turun. Bryan hanya mengangguk pelan. Indira
" ujar Indira seraya memaju
jawab Arya singkat. Indira membul
ak, kita ke mall yuk." Arya
" sahut Indira cuek sambi
tidak ada jadwal apapun hari ini karena dia sudah les pia
enak Arya sambil menyandarkan kepalan
gontai menuju kamarnya. Belum sampai
nungguin kamu lho dari tadi." Bryan m
agak banyak Kak, jadi
" Alisha tersenyum sambil membelai kepala Bryan. Setelah Alisha menuru
menit. Dia keluar dalam keadaan sudah segar dengan wangi musk dari body shower yang selalu dia pakai. Sesampainya ia di ruang makan, Bryan disambut oleh Ayahnya deng
lian." Hans tersenyum mulai menjelaskan sambil menggenggam tangannya
ya Hans pada salah satu pelaya
ka sudah di ruangan tamu."
it kemudian seorang wanita masuk dan Hans menyambutnya dengan senyuman manis. Sambil
yan dipanggil ayahnya. Mau tidak mau Bryan pun harus menaikkan pandangannya. Betapa terkejutnya Bry
ryan. Kita bertemu l
Bryan masih m
yah dengan wajah masih setengah tersenyum. Air muka Bryan langsung berubah tak enak. Ia sempat melirik pada Ayahnya yang juga m
Alisha yang mengerti keheningan yang aneh itu mencoba mencairkan keadaan dan menenangkan adiknya. Sambil menggenggam tangan B
le for me baby" bisik Alisha pelan sambil tersenyum. Bryan mulai te
ya Om Hans, ada Kak Alisha dan Kak Bryan" ujar Rita setelah beberapa saat terdiam. Alish
siapa?" tanya Alisha sambil mem
y Harfa, Kak," ujar N
yan. Mata Nisa kemudian beralih pada anak laki-laki jangkung di sebelah Alisha. Mata Nisa sedikit melebar tapi kemudian tersenyum lagi
– ujar benak Bryan. Nisa menjulurkan tangannya hendak berkenalan. Tapi Bryan tida
alah membalas dengan tatapan aneh. Nisa masih kegirangan dalam hatinya saat bisa
man itu begitu menakutkan. Jika mata bisa membunuh maka Nisa pasti sudah mati saat ini. Alisha yang melihat Bryan tak b
ryan sama sekali, perlahan Nisa menarik kembali tangannya dan tersenyum aneh. Nisa mulai merasa tidak nyaman de
alik dengan sikapnya saat ini. Walupun begitu, wajah tampan Bryan
ut makan siang bersama. Dengan sikap acuh tak acuh, B
rsenyum saja. Sedangkan Bryan bahkan tak mau melihat Nis awalnya. Rita kemudian menoleh pada Nisa, a
ada Nisa dan Nisa seperti anak kuc
?" Giliran Alisha
satu,
ak mau menjawab. Nisa makin takut untuk makan. Sikap Bryan membuatnya tak lagi berani mengangkat wajahny
na. Bryan berhasil mengusir Nisa pelan dari rumahnya. Usai makan
n dulu sama Kak Alisha dan Kak Bryan." Nisa spontan menggeleng
soalnya, jadi Nisa takut nanti bisa kemaleman. Ja
n sama-sama. Gak usah dianterin gak apa kok, ka
pi
Hans jangan merasa tidak enak. Hans akhirnya mengangguk. Rita tau bahwa Nisa merasa tak nyam
lui taksi yang mereka tumpangi. Di dalam taksi i
h selesai semua," ujar Rita setengah berbi
a ya, Bunda
k menerima pernikahan ini. Bunda akan bicara l
g jagain." Rita tersenyum dan memb
bibirnya. Hati Nisa berdetak saat mendengar kalimat dari Ibunya. Apa yang Nisa kecil lakukan agar Ibunya bahagia? Dari kecil ia tak p
Bunda menikah lagi," ujar Nisa menelan se
engangguk sekali lag