ganku, rupanya pria itu malah menarik dan
sa mungkin. Kulitnya yang telanjang membuatku merasa panas dan aromanya yang menguar dari sana seolah memiliki daya pikat yang membuat aku merasa pusing. Aku tidak menyukainy
set
emberontakan yang aku lakukan. Dia malah dengan sangat mudah menyeret tubuhku bersamanya seolah aku hanyalah boneka kapas biasa yang bisa dia pindahkan sesuka hati dan tanpa daya sama sekali. Begitu tiba di ruang tamu, tanpa tedeng aling-aling Jack melemparkan tubuhku ke atas sofa de
saja, biasanya memang itu adalah upaya pertama yang akan aku lakukan bila mana berhadapan dengan seorang pria brengsek di mana pun aku berada. Tetapi untuk kasus ini, sebagian dari diriku seolah menahan diri agar tidak salah kaprah da
lau aku berhenti!" kataku pada
uh ketertarikan aneh yang tidak terdefinisi. "Dan aku juga sudah bilang padamu bahwa
auh lebih besar daripada yang aku miliki. Tetapi semakin aku melihat dirinya dari sudut ini semakin membuatku berpikir bahwa dia pria yang seksi. Kedua matan
a, aku menyilangkan kedua tanganku dan mengalihka
annya meskipun hal ini akan membuatku setengah gila, te
pergi dari ruang tamu menuju ke satu ruangan yang aku yakin adalah kamar tidurnya. Aku tidak bergerak sama sekali dan hanya bisa memandang dari sudut ini sampai pintu ruangan itu tertutup sempu
terbaik seperti biasanya. Aku hanya akan melakukan pekerjaanku dan bila suatu saat dia melakukan sesuatu
" ujarku pada diri sendiri seb
ggi besar kecuali ... ehm ... kau pasti tahu maksudku kan? melihat dia yang tidak mengenakan apa-apa selain handuk adalah pemandangan yang paling mengganggu. Sial! terlepas dari itu semakin aku bersamanya semakin aku
psycho!" komentarku pedas ketika dia
n kasual yang entah mengapa malah membuatku semakin terganggu atas t
u ubah kebia
me," e
ini tidak akan ada ujungnya, maka kemudian aku secara sadar mengubah topik pembicaraan. "Anyway, mari kita langsung ke urusan pekerjaan. Bu Yona bilang kau membuat sebuah novel dengan genre historical romance sekarang in
u bersungguh-sungguh menunggu jawaban darinya. "Tidak," sahutnya setelah agak lama bahkan dia juga menguap lebar di depanku
-betul bermaksud untu
gan s
ya dia yang bisa bersikap seperti itu padaku mengingat role-nya yang adalah atasan dalam situasi ini. Tetapi melihat dia bermalas-malasan dan seolah tidak niat membuatku mau tidak mau
aku sedang tidak semangat sama sekali," sahutnya den
k dan kadang aku membantu mereka dengan memberikan beberapa masukan dan dorongan sehingga para penulis itu bisa
kan sesuatu yang bisa membuatmu mendapatkan kembali inspirasimu,"
idak b
nap
ikanku inspirasi," jawabnya, dan aku bersumpah bisa me
dari kata-katanya. Untuk beberapa alasan deretan
inspirasi, itulah yang sebagian besar dari asitenku lak
api aku tidak bisa dengan mudah memberitahu dengan jelas apa yang aku ras
kinya. "Yah, beberapa dari mereka harus tela