nya dengan pandangan horror tetapi pria itu justru malah menatapku balik dengan sinar mata tertentu yang tidak dap
nda," sahutnya m
u
apatkan inspirasi? Bukankah hal itu malah memperlihatkan seberapa cabul dirinya alih-alih membuat karya hebat. Tidak peduli seberapa besar impact-nya tet
h
ataku darinya seolah aku orang bodoh yang te
rsenyum, jelas menikmati
atau pun perempuan?" Entah kenapa aku m
utkan soal aku yang ad
ncapai pintu ketika aku mendengar suara tawa renyah Jack dibelakang sana bergema di seluruh r
p menginspirasi," katanya tiba-ti
biasanya. Jadi dia hanya mencoba untuk menggodaku? Hebat sekali! Apa ya
membunuh mereka. Tetapi karena Jack si brengsek itu adalah monster, jelas kemarahanku tidak mempan kepadanya.
tanya sambil berjalan ke arahku. Aku segera menyingkir untuk menghindar darinya meskipun tatapan tajamku masih berusaha
teriakku bingu
kopiku dalam waktu lima menit." Dia menyel
punya hak untuk itu. Namun tetap saja bila itu Jack aku kurang ikhlas melakoninya. Meski begitu tubuhku secara otomatis
utnya. Aku bertanya-tanya pula apakah ada setitik kebaikan dari dalam dirinya dan yang paling penting adalah mengapa aku merasa terguncang setiap kali dia berada di depanku. Kehadirannya seolah mengobarkan sesuatu yang membuatku kehilangan ketenangan dan kendali atas diriku sendiri. Berdekatan dengannya mun
*
ihat. Kedua, beberapa orang meneleponnya sepanjang waktu. Telepon di dapur berdering, ketika aku sedang menuangkan air panas ke dalam cangkir. Aku sungguh tidak bermaksud untuk menjawabnya, tetapi karena berisik dan Jack berteriak padaku untuk menghentikan bunyi telepon pada akhirnya aku melakukan apa yang dia perintahkan. Jadi akum au tidak mau
dengan pekerjaanku. Aku tidak berada disini untuk mengurus masalah pribadi penulisku. Setelah memasang kembali gagang telepon di tempatnya, telepon berdering dan kali ini suara laki-laki. Dia juga mencari Jack
it
an aku dari sit
an dan dia juga banyak dekat dengan orang. Jika dia serius dengan mereka, tentu bukan menutup kemungkinan dia bisa melakukan hal yang sama padaku. Lagipula hanya dengan sekali lihat saja aku tahu bahwa dia bukan
ongnya, jadi aku masuk ke dalam dan meletakan cangkir yang mengepulkan asap tersebut di meja kerjanya. Dia bahkan tidak repot-repot menatapku d
ri beberapa orang wanita dan satu ora
bertanya sambil tetap mengetik
malu membanjiri diriku ketika aku hendak menyampaikan pesan yang aku terima dari pria terakhir yang menelepon. "Sementara satu pria terakhir berta
enteng Jack mengambi
saat ini. Aku bsia memandangnya dengan canggung dan kini aku me
rsusah payah untuk mengh
ingga saat ini. Kau tahu, pria itu adalah pria seksi yang pantatnya sekencang perawan. Aku ingin sekali menjaganya disini, tetapi cara dia bicara me
emberitahuku soal bagaimana
ada hal lain yang kau butuhkan?" ujarku memotong ceritanya supaya
tertentu di matanya membuatku merasa dia akan
a padamu, Chichi," sahutnya sambil menunjukan
tkan diri untuk berhati-hati dengan kata-katanya tetapi aku
masih p