sial,
cantik Mahalini. Bukan. Namun, ini karena aku baru menyadari perasaanku p
agi sial kan?! Padahal beberapa kali aku pernah menjalin kedekatan dengan pria berbeda sejak kenyataan pahit yang aku dapatkan dari kisah kami berdua. Aku dan Bang Pino maksudnya. Kalau dia, entah bagaimana kel
u hal yang menjadi pemicu aku akhirnya membuka folder tersembunyi di laptop yang berisi foto-foto lawas kami berdua. Semua masih tersimpan rapi di san
ang bepergian dari satu tempat ke tempat lain, terutama jika tempat tersebut masih berkaitan dengan pantai. Kami, aku, Bang Fino juga
akku. Ternyata aku melamun terlalu lama. "Taksin
asa yang bahkan pernah menikah (meskipun itu gagal), ya kali kemana-mana masih dikawal orang tuanya. Tapi ya, b
ma. Ngalah-ngalahin aku yang mau pindah ke sana,"
bag berukuran sedang berisi beberapa helai pakaiannya. "Mau
gkan senyum. Membuka
cuma mutasi kerja, Ma
ama enteng sekali membahas masalah jodoh seolah aku ini harus banget cepet-cepet ketemu pasangan baru dan men
g-ujungnya nggak nyambu
in yang baik-baik. Kok
ku mengendikkan dagu ke arah pagar, dimana mobil berwarna p
aan. Salah satu ciri perempuan lah yaa, gampang banget belok dari satu topik ke topik lainnya. Pokokny
ua puluh tujuh masih aman kok menurutku. Melainkan karena banyak sepupuku yang sepantaran denganku, atau bahkan usianya di bawaku, akan s
. Iya, kami berdua naik kereta api menuju Jakarta. Meskipun ada mobil peninggalan
ulang kok. Nanti begitu nyampe Jakarta,
Mama tampak terkejut karena spont
a loyalnya Anya kalau udah sama temen sendiri." Aku mengeluarkan muffin yang tadi aku beli di
artmen udah dibantuin Anya, sekarang masalah jemputan juga dibantu dia juga. P
an tetapi meskipun jarang bertemu secara langsung, kami tetap rutin bertukar kabar lewat pesan singkat atau telepon. Aku bahkan datang saat pesta resepsinya dengan Senopati Rajata tiga tahun silam. Gelaran pesta yang sukses
ya deket nggak setahun dua tahun aja, Ma. Kami udah kayak luar dalem kok," sanggahk
yampe stasiun pasar senen
alan standby nungguin kita. Setelah i
ndah ke luar negeri. Daripada terlalu lama tak berpenghuni, ibu muda itu menawarkan padaku agar bersedia tinggal di sana. Aku langsung menyetujui dengan syarat ia m
a seorang pria paruh baya yang memegang selembar kertas bertuliskan namaku. Beliau adalah supir yang dikirim Anya untuk menjemput kami berdua, yang belakanga
akan aku jadikan tempat tinggal selama menetap di Jakarta, namun aku langsung menyesali keputusan un
ku saat Anya mengangkat panggilan te
di ujung sana. Meskipun sudah berubah status menjadi seorang ibu dari seorang putri ternyata tak bisa b
mewah yang ia sewakan padaku. "Ini apartmen yang gila banget mewahnya, Anya. Harga yang gue bayar kemaren tuh nggak ada sepertiga sewanya kal
an mewah di unit ini. Dua kamar tidur berukuran besar, dua kamar mandi, dapur bersih, ruang makan, ruang tengah yang
kan? yang nganterin elo ke unit." Anya ternyata ta
ah diantar naik juga sampe unit yang kata lo, biasa banget ini. Astaga Anya
aja lo kampret! nggak bisa pokoknya nggak bisa! El
ggak bisa tinggal di apa
stay di Jakarta, atau ... elo mau gue ngambek seumur hidup?" dari layar ponsel aku
na rasanya akan sangat sulit me
lo tetep tinggal di apartmen itu. Udah dulu ya, gue lagi riweh
di suatu tempat makan yang cukup luas. Pantas saja suara Anya te
arin nyungsep gitu aja!" suara pria yang tak begitu asing di telingaku terdengar. Sepertinya dari salah satu teman Anya,
Bang Hes." Anya terdengar me
apa
utup dulu ya? d
" kejarku tak mau di
n balik, Bye, muah-muah, salam buat Tante Nisa," pungkas Anya tergesa-gesa hingga tak memberiku kesemp
... H
ng dimaksud Anya barusan adalah Hest
no H
*
saran banget ya Mel, bikin