rtinya aku berjibaku dengan barang-barang dan kamar baruku sekitar empat jam lamanya. Mulai dari menata buku-buku di rak yang ada di dalam kamar, menyusun
r, tampang kumal, satu-satunya yang kupikirkan saat ini han
di biarlah tugas ini itu aku saja yang melakukannya. Karena bosan hanya duduk diam, mama akhirnya memutuskan untuk belanja persediaan bahan makanan di supermark
afel kamar mandi. Aku sudah selesai mandi sejak beberapa menit yang lalu, namun masih betah be
lume suara. Tadinya kukira mama akan berlama-lama berbelanja d
n, mau nitip-nitip," seruku begitu keluar dari ka
bawah tadi ketemu sama Mas Hanif ini, dibantu
k ada or
berjalan ke arah ruang tengah. Sedangkan mama ada di area dapur dengan 'tamu
ung berkulit sawo matang itu. Dasar mama, baru juga ketemu satu kali udah sok akr
uper lama karena sering membandingkan satu barang dengan barang lainnya.
betulan tadi ketemu di baw
g ada di sisi meja makan. Ternyata memang buk
tment ini juga?" tanyaku m
Mbak
formal banget," potongku sebe
aya tinggal di di apartment ini
anku suami Anya memiliki beberapa unit di gedung ini, jadi memang sangat mungkin sekali kalau orang-orang yang bekerja d
mari Bu, duluan Mel," pamit Hani
Suara mama kembali melengking. Satu detik kemudian sosoknya sudah kembali muncul dengan nampan
ante," balas Mas Hanif s
" ajak mama mencurigakan, apalagi saat beliau melirikku sekila
nt ini juga, tante sambil nitip
n, apa k
melotot. "Aku bukan anak PAUD, n
anggep kamu itu anaknya mama yang
aluin deh,"
apanya? ya
temanku dulu sering memanggilku dengan sebutan 'si cerewet berisik', tapi rasanya panggil
biasa aja Meli, nggak
nte," sela Mas Hanif mencoba menenga
a Mas Hanif sampai pucat setengah kikuk. Aku bisa membayangkan posisi Mas Hanif yang tentu saja tak enak ha
Mas Hanif. Setelah mengangguk pelan pada Mas Hanif, aku gegas ngacir ke dalam kamar. Ternyata Mbak Ajeng yang menelpon, dia salah satu editor senior juga di kantor
mar. Bahkan setelah mengakhiri panggilan dari Mbak Ajeng, aku tak langsung keluar kamar, malah asik menata buku-buku,
an kepalanya ke kamar yang malam ini menjadi
taku sambil mengangkat ponsel y
amu," titah perempuan paruh baya idolaku ini. Iya, mama memang menjadi sosok idolaku, d
ngsung di angguki mama.
nggak mau mama ajak
mau, Ma. Lha wong baru juga kenal tadi pag
ama mama, kamu sih nggak tau, makanya ikutan nimbrung tadi!"
kurang kerjaan banget deh, sok deket sama Mas Hanif gitu. Jangan lagi ya! sib
ama sendiri yang tadi pagi menceramahiku agar tak merepotkan Anya atau siapapun selama aku merantau ke ibukota, eh, ndi
membawa piring berisi nasi padang lengkap dengan lauknya. Kami memang jarang makan di meja makan, ja
asih waktu lebih buat pindahan dulu." aku mencomot kerupuk u
lebih hati-hati loh ya!" pesan mama
u kerja ya k
ak rela kalau kamu sampai tertipu dua kali." Dari nada bicaranya saja aku sudah sangat paham kalau mama
ga aku pasti hati-hati. Siapa juga yang
car sebelumnya, malah dapet laki modelan kayak Bayu yang ... haduuuuh, amit-am
l move on dari cinta pertama, lalu terjerat jebakan pernikahan oleh mantan suami yang aku jadikan pelarian seperti Bayu. Rentetan kejadian yang lagi-lagi menari
lu merembet bahas m
lagi, Meli," tegas ma
ama," balasku
t kamu. Biar segera dipertemukan sama jodoh t
iii
anif Hanif tadi
a, Mam