Selama 1,5 tahun, Kana menjadi istri kontrak Ian untuk menutupi hubungan pria itu dengan kekasihnya yang tidak pernah direstui oleh keluarganya. Kemudian setelah kontrak pernikahannya dengan Ian berakhir dengan perceraian, Kana justru bertemu dengan Lucas yang menjebaknya dalam kontrak pernikahan selama 3 tahun. Yang sayangnya pernikahan kontraknya dengan Lucas ini jauh berbeda dengan pernikahannya bersama Ian yang hanya membantu pria itu menutupi hubungannya dengan kekasihnya, sebab Lucas mengontraknya karena ingin menjadikan dirinya sebagai pemuas nafsu pria itu. Lantas bagaimanakah kelanjutan hidup Kana sebagai istri kontrak Lucas? Dan saat Ian, mantan suami kontraknya yang masih ia cintai, kembali untuk meloloskannya dari belenggu Lucas, bisakah Kana benar-benar terbebas dari kehidupannya sebagai seorang wanita kontrak?
"Dengan ini kami meresmikan perceraian antara kedua belah pihak dan mulai saat ini mereka tidak lagi terikat sebagai pasangan suami-istri."
Bunyi ketukan palu hakim yang mengakhiri sidang perceraian itu menyadarkan Kana dari lamunannya. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya dengan gerakan lemah sementara orang-orang mulai meninggalkan ruangan persidangan tersebut.
Persidangan ini berakhir begitu saja tanpa Kana sadari seperti bagaimana pernikahannya yang hanya berusia satu setengah tahun berakhir dengan mudahnya tanpa ada kenangan apapun yang ia ciptakan bersama Ian, mantan suaminya yang kini berdiri di hadapannya sambil tersenyum dengan lembut padanya.
Senyuman yang kelihatan terlalu manis untuk bisa Kana dapatkan dari pria yang telah menceraikan dirinya demi kekasih gelapnya.
"Terima kasih untuk semua bantuanmu selama satu setengah tahun ini. Kuharap kau bisa melanjutkan hidupmu dengan lebih baik setelah bercerai dariku."
Kana tidak mengerti bagaimana Ian bisa berpikir jika hidup sebagai seorang janda akan lebih baik bagi dirinya. Namun saat ingat jika selama ini dirinya hanya menjadi istri boneka yang dikontrak oleh Ian untuk menutupi hubungan gelapnya dengan Freya, Kana sadar jika perceraian ini akan menghentikan semua rasa sakitnya karena telah meluluh-lantakkan hatinya hingga ia tidak akan pernah merasakan sakit lagi karenanya.
"Aku berharap kau bisa hidup dengan bahagia bersama Freya." Kana benar-benar tulus mengharapkan kebahagiaan itu untuk Ian meski hal tersebut semakin meremukkan hatinya. "Kalian melalui jalan yang sangat sulit selama ini. Jadi untuk menebus semua waktu itu kalian harus menjalani hidup yang sangat-sangat bahagia selamanya."
"Kau juga. Bertemulah dengan pria yang baik dan miliki pernikahan yang indah nanti." Ian masih tersenyum dengan tulus saat mengucapkan hal tersebut tanpa menyadari betapa menyakitkannya hal tersebut bagi Kana. "Aku akan mengirim semua bayaran dan tunjangan perceraianmu nanti. Sekali lagi, aku benar-benar berterima kasih untuk semuanya."
Ian meninggalkannya setelah itu dan Kana yang sadar jika ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhirnya untuk melihat Ian sama sekali tidak melepaskan tatapannya dari punggung Ian sampai ia tidak bisa melihatnya lagi.
"Akhirnya benar-benar berakhir," lirih Kana sambil menundukkan kepalanya, menatap cincin berlian yang sejak satu setengah tahun lalu menghiasi jari manis tangan kirinya sebagai simbol pernikahan antara dirinya dan Ian. Yang membuat setetes air mata jatuh di atas punggung tangannya saat ia menyadari jika ia tidak bisa lagi mengenakan cincin pernikahan ini karena ikatan pernikahannya dengan Ian yang telah terputus.
"Padahal sejak awal kau sudah memperingatkanku untuk tidak jatuh cinta. Tapi kenapa aku sangat bodoh hingga dengan mudahnya membiarkan diriku mencintai pria yang hatinya sudah menjadi milik wanita lain?"
***
Kana sedang melamun di balkon apartemen mewah yang sudah ia tinggali sejak menikah dengan Ian dan kini menjadi miliknya sepenuhnya setelah perceraian mereka saat sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Sebuah pemberitahuan dari bank bahwa sejumlah uang bernilai fantastis yang Ian kirimkan padanya telah masuk ke akun rekeningnya.
"Apa ini tidak salah? Dia tidak menjanjikan sebanyak ini padaku," gumam Kana yang masih tidak percaya dengan nilai uang yang masuk ke rekeningnya. Ia sampai harus memastikan berkali-kali untuk meyakinkan jika dirinya memang tidak salah lihat, namun nyatanya Ian memang mengirimkan jumlah yang jauh lebih banyak dari yang telah dijanjikannya.
"Pasti ada kesalahan," pikir Kana sambil mencari kontak Ian. "Aku harus memberitahunya karena sepertinya dia sudah salah kirim..."
Kana menghentikan pemikirannya dengan ibu jarinya yang menggantung di udara, tidak jadi menekan tombol panggil pada kontak Ian saat ia menyadari jika dirinya yang sudah'dilepaskan' karena tidak dibutuhkan lagi oleh Ian hanya akan mengganggu pria itu jika menghubunginya sekarang.
"Untuk apa aku menghubunginya jika dia bahkan sama sekali tidak mengirim pesan apapun lagi padaku?" gumam Kana sambil memandangi foto profil Ian dengan ekspresi sendu. Padahal baru pagi tadi ia bertemu pria itu di pengadilan, namun kini ia sudah merasa sangat merindukannya.
Dan kerinduan itu jadi semakin terasa menyiksa saat Kana sadar jika ia tidak akan pernah bisa memenuhi kerinduan tersebut sebab Ian tidak akan pernah ada lagi dalam hidupnya. Karena seperti yang telah tertera dalam kontrak perjanjian pernikahan mereka, keduanya tidak akan saling mengganggu lagi setelah pengadilan meresmikan perceraian mereka.
"Aku menikah dengan Ian karena uang ini, tapi kenapa sekarang aku malah sedih padahal aku mendapatkan sesuatu yang bahkan jauh lebih banyak dari yang kuharapkan."
Kana beranjak dari duduknya, tidak ingin menyesali perpisahannya lebih lama karena ia yakin di suatu tempat di luar sana–mungkin di suatu kamar hotel mewah–Ian pasti sedang merayakan perceraian mereka bersama Freya.
"Aku juga harus bersenang-senang. Aku wanita lajang yang sangat kaya sekarang dan tidak akan ada apapun yang bisa menghalangiku untuk bersenang-senang."
***
"Kau jadi semakin sering datang belakangan ini. Kau mencari wanita lagi?"
"Tidak, aku hanya ingin minum. Siapkan aku minuman yang seperti biasanya.
Sambil menunggu bartender menyiapkan minuman pesannya, Lucas mengedarkan pandangannya ke penjuru salah satu club malam paling mewah di kota itu. Ia hanya memiliki dua alasan untuk pergi ke club malam, yaitu untuk minum atau menikmati kencan satu malam dengan wanita yang tidak dikenalnya. Meski sering kali ia minum sampai mabuk dan berakhir di kamar hotel bersama seorang wanita yang entah siapa.
Namun malam ini tujuan Lucas datang ke club malam ini benar-benar hanya untuk minum. Ia merasa sangat lelah dengan pekerjaannya hingga tidak memiliki mood untuk menggoda wanita dan hanya ingin menenangkan diri dengan minuman yang akan membuatnya melayang.
Sampai kemudian seseorang yang tiba-tiba muncul dan tanpa izin langsung meminum minuman yang dipesannya membuat ketenangan yang Lucas idamkan itu jadi terganggu.
"Aaaah~" Kana mendesah puas setelah meminum hampir dari separuh gelas minuman milik Lucas. "Buatkan aku yang lebih enak dari ini. Buatkan aku minuman yang paling mahal! Karena uangku saaaaangat banyak, aku akan beli semua yang paling mahal yang ada di tempat ini."
Lucas menatap Kana yang bicaranya terdengar melantur itu dengan kerutan yang menghiasi keningnya. Meski minuman miliknya memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi, namun sepertinya wanita itu memang sudah mabuk sebelumnya hingga bisa bersikap seperti ini padanya.
Dan semakin lama memperhatikan Kana yang terus meracau dengan suara yang tidak jelas sambil menunggu bartender menyiapkan pesanannya, Lucas sadar jika niatnya datang ke tempat ini perlahan mulai berubah karena wanita yang duduk di sebelahnya ini.
"Kau mau ke mana?"
Lucas mencekal pergelangan tangan Kana, menahan wanita itu agar tidak pergi begitu saja setelah mencicipi minuman pesanannya. Kana menatapnya dengan kedua mata memicing, sepertinya sudah terlalu mabuk hingga ia tidak dapat dengan jelas melihat setampan apa pria yang sedang mengajaknya bicara ini.
"Bukankah kau harus bertanggung jawab setelah meminum minumanku, Nona?" tanya Lucas yang sudah mulai melancarkan aksinya untuk menjadikan Kana sebagai teman kencannya malam ini.
"Ah, kau mau minuman? Pesan saja. Pesan semua yang kau inginkan, yang mahal-mahal. Aku akan membelikannya untukmu," kata Kana sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Lucas yang sayangnya hal tersebut justru membuat Lucas semakin mengeratkan cekalannya.
"Aku tidak butuh minuman," kata Lucas sebelum memajukan wajahnya mendekat pada wajah Kana. Mengikis jarak mereka hingga ia bisa merasakan hembusan napas Kana yang menerpa wajahnya.
"Aku menginginkanmu," sambung Lucas yang mengucapkan keinginannya itu dengan suara berbisik yang seduktif yang langsung ia bisikkan di telinga kanan Kana. "Apa kau mau bersenang-senang denganku malam ini, Nona?"
**To Be Continued**
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Jeslin pulang untuk mengunjungi orang tua dan dan menghadiri pernikahan kakak perempuan nya, tapi siapa sangka malam pertama yang seharusnya menjadi malam pertama kakak perempuan nya menjadi malam pertama diri nya dan Kakak iparnya, dia di rudalpaksa dan kehilangan keperawanan nya, dia dipaksa melayani gairah kakak ipar nya yang gila. Setelah malam itu hidup nya tidak baik-baik saja, dia ingin melupakan nya tapi kakak ipar nya tidak mengizinkan dia melupakan nya, semakin dia mencoba untuk lepas dari genggaman kakak ipar nya, semakin gila laki-laki tersebut menggenggam dirinya.
Ketika Nadia mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu Raul tentang kehamilannya, dia tiba-tiba mendapati pria itu dengan gagah membantu wanita lain dari mobilnya. Hatinya tenggelam ketika tiga tahun upaya untuk mengamankan cintanya hancur di depan matanya, memaksanya untuk meninggalkannya. Tiga tahun kemudian, kehidupan telah membawa Nadia ke jalan baru dengan orang lain, sementara Raul dibiarkan bergulat dengan penyesalan. Memanfaatkan momen kerentanan, dia memohon, "Nadia, mari kita menikah." Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum tipis, Nadia dengan lembut menjawab, "Maaf, aku sudah bertunangan."