hal yang istimewa semua merupakan rutinitas pagi h
yang banyakka
ta menyodorkan telu
dak canggung lagi memangg
ang hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah. Ah, siap
ap dengan hari pert
Pa.ja
ali buat kamu, iyakan
Jawab Pap
n agak cepetan uda
gan disangka aku jadi nona muda disana. Aku tetap cucu Simbok pembantu di rumah
elangkah keluar. Namun, se
buru-buru gi
elat Ma.
Lagian juga searah sama
.buruan....Marn
ah.jaw
ena memang Papa sopirnya. Aku segera masuk ke bela
apa-apa sih tapi aku
Mar. Masa Papa dijadiin
arus dibelakang. Kebiasaan
n. Cukup ramai pagi itu. Ku lirik sepintas Papa disebelah ka
da yang salah
k kaget. Rupanya Papa menyada
in betul aku memakainya ketika aku keluar dari kamar Mama. Satu-satunya yang mungkin ku curigai hanya Papa. Satu-satunya laki-laki di rumah. Tapi aku tidak punya bukti apapun. Biarpun aku gadis desa
gompol. Tapi tidak mungkin ini sangat berbeda. Rasanya aku in
kolah. Aku cium tangan Papa kemudian berpamitan
rirut.HP k
am pesan itu Papa menanyakan apa
lg blm
lm
Papa udah kelar k
unggu Mar
lah aku juga diberikan fasilitas yang cukup. Handphone ak
Papa sudah ada di depan gerbang s
ng.ajakku setela
jawa
Secara pulang sekolah aku tidak lagi mengenakan
ng. Jelaslah lekuk tubuhku terlihat menonjol. Aku sendiri sadar aku tidak seksi banget. Biarlah orang lain yang
cantik gak
keluar begitu s
tik kok Mar
?tanyaku
serius.
sambil membusungkan dad
elihatku, matanya kemu
tahun lagi. Mama Revi pa
a Mama Revita yang memang sudah seksi. Aku hanya te
rum
malam perbuatan Pa
lah aku m
agi ada pemanas air juga. Padahal biasanya di desa aku mandi di bilik yang serba apa adanya. Shower ku nyalakan dan segera membasahi tubuh telanjangku. Segar sekali rasanya. Sesekali ku sentuh daerah-daerah kewanitaanku. Rasanya e
ebu
ukup keras. Aku terpeleset
u dengar pintu
ku dengar
gku sakit. Tanpa mengunggu persetujua
kaget melihatku masi
duh pinggang Marni
n aku di ranjangku. Namun, rupanya tanpa aku sadari lilitan han
tup sempurna. Aku malu juga bergairah ada dorongan dari dalam. Aku mau Papa Wijaya. Sejenak ku
pa sambil tanganku m
ung handuk, satu tangan l
Mar?t
.suaraku
anpa menunggu persetujuan dari Papa ku dekatkan wajahku dekat dengan wajah Papa. Ku
.bisikk
fas. Namun, Papa Wijaya sudah berpengalaman. Semakin lama aku semakin menikmati ciuman Papa, lidah kami saling membelit saling hisap. Aku yang tadinya pasif semakin panas. Pertahananku jebol, kedua tanganku m
a itu yang kelu
. Enak. Geli. Panas. Semua campur aduk. Bibir itu kemudian bermain di
merintih-rintih dan mendesah-desah tak karuan. Lebih hebatnya lagi ku rasakan ada tangan yang menyentuh bibir vaginaku. Aku h
menggesek-gesek vaginaku. Nikmat sekal
..en...nyak Pa....ak
a-t
tintin.suara
.Papa terperanjat. A
ambu