elakukan permintaan Devin. Terpaksa naik ke tubuh adik dari
usuri lekuk tubuh yang menurutnya sang seksi dan selalu memikat.
in yang membuat Devi mengusap
ndur perlahan. Sebisa mungkin ia memancing barang
i terlempar pada kejadian beberapa bulan lalu. Lebih tepatnya saat dia tidak b
kan tubuhnya dan mampu membuatnya berselingkuh dari Devan. Merasa
dan menjaganya. Hanya satu kekuranga
ku? Kamu selingkuh di belakang Devan, tapi tidak mau berhubunga
uga gak bisa main-main
kiri menekan pinggang Devi. "Wanitaku banyak, tapi tidak ada yang seenak tubuh
a itu tahu cara memperlakukan wanita, bukan sepertimu yang menganggap semua wanita cuma mainan. Aku merasa dicin
akakku?! Akhiri saja hubungan kalian kalau
k ada waktu untukku, tapi aku tahu dia mencintaiku dengan
dat sebelum menamparnya. Bibirnya memberikan hisapan di benda pa
anya meluncur lagi. "Buktinya akulah yang menje
Devi yang sebisa mungkin menahan desahan saat
di atasku, Devi." Devin melirik tanda merah yang diciptakannya di dada Devi. "Jangan lupa, Devi ...
bajin
an lidah Devin di kulitnya. Bagian puncak gu
, desahannya pun tak bisa ditahan lagi. Dipe
Vin! Aku bersumpah gak akan jatuh ke dalam pelu
ghisap itu pun semakin nakal. Belum lagi tangannya yang mulai meremas-remas. Ia m
t, De
Devin sembari menyelami sepasang netra wanita yang kini mendesahkan namanya.
r matahari masuk ke dalam
antas bergerak sponta. Seketika itu ia merasakan tubuhn
terbuka perlahan-lahan. Ia terdiam, menc
, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. B
aku lakukan?!" Meremas selimut yang menutupi tubuh, lal
layaknya seorang tante girang. Tak berhenti di situ saja, tapi ketika menunduk dan
an jelas dan dalam keadaan sadar
sing, sungguh membuatnya syok bukan main. Satu-satunya ma
s selimut kuat-kuat. Sepasang net
ranjang. Hendak mengayunkan kaki pelan-pelan ke sana, tetapi kenop pintu lainnya tiba-ti
mat pagi, Nona." Sambil mengangkat pape bag di tangan ia menambahkan, "Saya bawakan pakaian untuk Nona. Kar
a pria itu yang berjalan mendekati kasur be
aper bag ke atas tempat tidur. Allura dibuat terperangah denga
mengantar Nona pulang. Saya tunggu di luar, Nona, p
ebut menyentuh kenop pintu. "Begini ... makasih buat pakaiannya
, silakan
ini?" tanya Allura cukup pelan
bersama Nona, karena tugas dan pekerjaan saya banyak. Jadi, Nona ... jika Nona selesai bersiap, s
yakininya adalah pintu kamar mandi. Masuk ke da
lura kembali menangis kala teringat lagi peristiwa d
is sekencang-kencangnya di bawah shower yang terus memancurkan a
ah tidak suci lagi. A-aku ... aku tidak bisa menjaga diriku sendiri! Aku mohon ... tolong ampuni aku, Tuhan,' batinnya bersama air mata yan
k-celinguk. Mengambil tas hitam miliknya dari meja di samping ranjang, dan m
an menuju pintu kamar. "Nona sudah selesai?" tanya pria itu yang membuat Allura meno
g. Aku ingat, mobilku juga ada di parkiran
tu Nona makan sedikit saja untuk mengganjal perut
Allura mengangguk
Pria itu menjawabnya dengan anggukan. Duduk di depan meja makan, Allura m