?!" Devan menutup mulutnya. Kedua mata melotot, masih tak percaya de
an. Devan tak mengira kalau orang yang dijebak oleh kembarannya adalah gadis berse
sama-sama belum pernah melakukan ini." Devan menatap perempuan di hadapannya dengan
i bawah sana, rasa untuk melanjutkan pemanasan ranjang tern
-gerak bak cacing kepanasa. Hal itu membua
ng dan meremas seprei. "Lagi! Aku mau lagi yang
ingin sentuhan. Hal paling langka di hidupnya kal
ati merasa kacau. Dasar hati tak terima dengan apa yang d
erakan. Mengeluarkan desahan dengan spontan
memohon agar Devan makin memberi dorongan lebi
buhmu sangat banyak." Devan masih bergerak m
r. Menyentak dan menyembur dalam-dalam ketika
ya merasa senang tapi justru ada kecewa di dala
pipi menjadi bukti bahwa kegiatan ini adalah kesalahan. Miliknya yang sudah dij
a menangis bersama desahan yang memenuhi ru
t tubuhnya lemas. Allura yang masih menerima sentakan it
erta pantauan adik lelakinya. Seraya memegangi lengan berotot Devan, rasa sesal memenuhi r
akan tersiksa dan kotor seperti sekarang. Ya, andai waktu bisa diputa
ah satu saksi bisu permainan panas kedua insan. Bersama-sama mengejar
duanya sama-sama melepas hasrat dan gelora yang selama ini dipendam. Baik Devan maupun
kini masuk ke sebuah kelab malam. Dia datang bersama laki-laki yang be
ubuhnya harus dikeluarkan. Tak lama i
ik. Dengan cepat orang yang menarik Devi itu mem
vin
aikan, tapi sekarang kamu ke
aku enggak berma
elain aku?" balas Devin tak terima. Jemarinya mulai bergerak ke tubuh Devi.
i tempat umum!
sar bibir Devi tanpa aba-aba. "Aku menginginkan tubuhmu," bisikn
... aku takut Devan tahu
kelab bersamamu? Apa kamu mau aku memberi tahu Deva
ohon! Aku cint
aku. Layani aku s
kamu saudara Devan. Aku gak mau hubunga
rsenyum miring seraya memperlihatkan ponselnya ke arah Devi. Dia sudah me
blisnya. Ia pun dapat melihat mata Devi terbelalak setelah memand
bisa pasrah dengan nasibnya beberapa waktu k
di sofa sambil menarik Devi agar mendekat. Membebaskan juniornya yang ber
ndahkan tubuhnya. Dielusnya milik Devin yang belum bangun. Menguru
a menari-nari pada senjata Devin. Beberapa menit berlalu,
ya "Ya! Seperti itu, Devi!" pekiknya sebelum mengerang lagi "K
t ingin menyudahi kegilaan ini. Ia sungguh membenci dirinya sendiri yang pernah bermain dengan De
bangmu! Ber