ak buah Musto Ireng yang tinggi besar itu menggerendeng. "I
besar diikuti puluhan anak buah gerombolan Musto Ireng yang lain. Mereka secara serentak menyerang Bendu secara cepat dan
bersalto atau pun berlompatan menghindari tibasan golok dan pedang lawan. Tubuhnya yang pendek dan cenderung gemuk
yang merupakan gabungan dari beberapa gerakan binatang dalam hutan, sangat membantunya dalam mengh
pura berdatangan banyak orang yang bertampang sangar. Satu di a
rintah Musto Ireng dengan suar
itu segera menjauhi Bendu. Juga memberi jalan kepada Musto
am, kumis tebal, mata bersinar tajam, dan kulitnya hitam legam itu tersenyum ramah. Berusaha bersikap seram
i sebenarnya ingin berbicara secara baik-baik denganmu. Tapi karena kau tidak
u apa kau
ginkan Putri Retnoyoni. H
ya i
Y
u dan kurang mampu berpikir jauh ke depan. Padahal aku kalau memikirkan sesuatu pasti
senjata ampuh untuk memaksa Adipati Brajaseta me
membangun sebuah kerajaan baru yang akan menjadi kerajaan hebat di masa depan. Kadipaten Driyah ini nanti akan kita ubah menjadi sebuah kerajaan baru yang kuat. Lalu dari kerajaan milik kita bersama ini nanti, akan kita gunakan untuk menguasai kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. Bahkan kalau perlu, kita na
bisa membuat karya sastra besar yang bisa dikenang sepanjang zaman! Daya khayalmu itu
mau menuruti keinginanku, artinya kau tidak mau bergabung denganku, maka
rak kembali untuk merejam Bendu. Pendekar pendek mitu kini mulai b
k untuk menundukkan lawan. Tetapi ini lain keadaannya. Kalau dirinya nekad, m
pa kepala lawan. Dia gunakan kepala-kepala itu sebagai tapakan kaki untuk melesat k
*
oti gurunya. Penyakit yang sampai sekarang belum ada namanya, juga belum ada obatnya. Penyebabnya memang sudah jelas: ramuan daun wisarum. Namun namanya tidak ada yang tahu. Penderita
rus menelusuri pantai utara. Ingin rasanya dia sampai di Dukuh Talokan dalam waktu sekejapan mata saja. Namun itu tak m
begitu cepat. Untuk menghemat tenaga. Kalau sampai tenaganya terkuras, dirinya takut nanti badann
eorang datang dari selatan. Dia merasakan ada getaran di tanah yang lemah, tapi di
n orang itu pula yang pernah bertemu dia sewaktu berada di tengah Hutan Titir. Orang itu tak lain adala
tangan Permana Brata ketika mereka berjabat tangan. Dia tertawa-tawa karena tid
dukan tanah yang ditumbuhi rerumputan. Permana Brata pun berbuat serupa. Permana
ana. "Ada apa, sobat? Apakah ada sesua
*