luruh dari kedua kelopak matanya. Dara merasakan sesak yang seolah menghantam dadanya. T
u benar-benar m
pun isak tangis masih mengudara. "Aku tidak men
u minta maaf. Ini
lain saja yang kamu bodohi?" Dara tertawa h
ntuhku. Kamu
mbuskan napas panjang setelahnya. "Aku bisa menjelaskan semu
amu bisa bahagia dengan gadis itu. Dan sekali lagi aku mi
ngan sorot sendu. Menyesal, k
nyataannya kamu lebih memilih dia. Lalu, apalagi ya
juga tidak mau kehilanganmu. Kamu yang aku cintai, Dara. Bukan Tasya," jelas
li jika kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, tapi juga menyayangi ga
ta sampai di sini, Bryan. Kamu bukan takdirku. Dan aku tidak pantas
ri bibir Dara. Lelaki itu membuka matanya kembali ketika mendengar suara derap
k-cabik. Dia berteriak sekencang mungkin. "Dara! Ber
eruskan langkahnya sampai suara Bryan tidak terdengar lagi. Dara menahan tangis, isakan,
an. Dara mendudukkan dirinya dan menumpahkan semua yang ditahannya. Dara menangis, sepuas
ankan lelaki seperti dia. Aku sungguh menyesal dan sia-sia
embuat Dara beranjak sedikit pun. Dara membiarkan bulir bening itu jatuh bersama dengan hujan
rkejut ketika tiba-tiba dia tidak lagi merasakan itu semua. Tubuhnya bahkan terasa hangat seper
ai
di hadapannya dengan payung yang dipegangnya. Dara refleks mendongak, meli
duh, nanti
ara masih bergeming, menatap lelaki bertubuh tinggi dengan alis tebal i
iri." Lelaki itu menyentu