ng Leta rasakan saat baru turun dari motor si abang
nit. Sebelum hendak melewati koridor kelas, Leta mengedarkan pandangannya
g gadis cantik berjalan ke arahnya. Berhenti tep
ua netranya. Pula, penampilan gadis itu Leta akui sangat
le
ue, ke
Ana, calon pac
ke depannya, hendak berkenalan. Tetapi, bukan itu yang Leta
eta diam, enggan memer
telahnya, lalu disusul d
ut, respon dari Leta cukup membuatnya kesal
u bersedekap dada, menunggu Let
anya Ana, bola mat
demikian, Leta enggan membuat gadis di depannya itu senang karena dia pikir dir
Leta tertawa pelan, kemudian menatap ke dalam mata Ana. "Asa
ngarep banget Niko bakal setia sama cewek i
apkan. Tawa Ana terdengar menyakitkan, jela
saja enggan menganggap jika Ana hanya mau main-main den
ergi dan jangan ganggu hubungan gue sama Niko, dia itu cuma paca
dengan penuh emosi. Kendati pela
. "Please, deh. Gue kan, udah bilang, gue calon pacarnya Niko, Let. Dan
garep jadi pacarnya Niko! Iya, kan? Ngaku aja lo!" senta
gertakan gigi, serta tatapan yang tajam
hiraukan, suasana sudah sepi, sekeliling tidak ada satu pun
menyadari di mana mereka sekarang berada. Tidak memedulikan b
uka sama gue. Ya kali gue ngemis-ngemis k
ma gue? Termasuk ... pacar lo itu,
amun urung saat tiba-tiba seseo
*
utusin lo ... lo bak
g tengah berdiri tidak jauh darinya dengan kedua tangan berada di saku celana. Me
e arah Leta. Ralat, mungkin Leta yang terlampau percaya diri. Nik
n melihat Niko yang kini tampak
u tersenyum puas, dia menang. Na
n cewek gila itu, ha? Gue Leta, Nik. Pacar lo." Leta menatap ke dalam m