h. Nisa membuang napas kasar, meski kesal dia tetap ikut ber
ali nama Leta, namun Leta
us kali lo tetep nggak denger, ha? Astaga, Leta," g
senyum tipis. "Makanya peka, biar tanpa
a jawab, Let. Tapi gue emang nggak peka, s
lengan kepala dari Leta. Nisa masih tetap berjalan d
menatap Leta saat menyadari kakinya
" tanya Leta, kini giliran menoleh
annya dengan senyum. "Harusnya sih gue tau kalo lo ternyata ma
ah dengan lompat dari atas sini,"
yangnya cuma orang bodoh
kuti Nisa yang duduk di sampingnya. Leta menghentikan tawanya, lalu menganggu
as terdiam, membiarkan keheningan
rambut dua gadis remaja berkepribadian berbeda itu.
bersalah nggak, sih
tap wajah Nisa dari samping. Namun, bukan menjawab Leta justru kembali
lucu, melainkan sebuah tawa yang Leta tangkap menyimpan banyak luka di dala
a. Gue juga. Dulu-a
rtawa lagi, namun tidak lama tawa itu berhenti,
gerak mengusap bahu Nisa. Setidaknya meski Nisa enggan ber
untuk bercerita, Leta tahu itu sul
at. Udah sampe di titik in
ak papa, Let. Mending kita balik aja, deh, ke kelas,
gak mau di
ni mau ngapain emang? G
ungnya sembari menatap langit biru siang ini. Cu
a tahu rasa sukanya hanya sebata
isa hanya mengangguk paham, perbinca
pacar barunya. Gue pengen aja gimana g
suatu hal yang dia pikirkan sebelumnya. "Pemaksaan nih
pa ng
sudah lebih dulu meletakkan jarinya ke depan mulut Leta. Meskipun tidak ter
tu sampai semuanya terjawab dan rasa penasaran gue, termasuk lo bisa tuntas.