ku memang akan menikah
nyikan. Mata biru seakan memanas dan me
ada istrimu itu." Aku harus ber
ih
n dicaci mati hingga seserpih pun tulangku dalam tanah nanti akan mengingat bagaimana pedihny
adikan aku pel
dengan jadi pe
ah jelas. Tidak tawaran, kalau tidak kembalikan u
kemudian mengangkat kepa
ja aku ke da
mang begitu takdirku aka
ekuatan hukum dia takkan bisa menuntut kita nanti." Marisa menatapku tidak suka, aura
uaranya melembut menatap wajah kekasihnya itu
permintaan wani
na saja. Tidak akan ada gaun pernikahan atau pes
a yang penting dia sudah menikahiku. Yang penting
nya jadi istri sementara, jangan pernah b
. Aku menatap Marisa tanpa rasa takut, aku mempertanyakan kebanggaan apa yang dia miliki seba
siku, Nona," b
dak kau sendiri yang ak
ar deru mobil yang menjauh. Kemudian menghela napas menyandarkan kepala di
ikan rumah besar yang selalu sepi ini. Sangat jarang dikun
kapan dibuka oleh pemiliknya. Saban hari aku hanya meli
a dekat dengan perusahaannya." Itu kata Bi Asih beberapa hari yang lalu keti
ikah besok membuat perasaan jadi berdebar. Ya, berdebar dengan rasa
k perlu takut akan dosa. Terserah bagaimana Salim menilai pernikahan ini,
miNoval
ikan shalat subuh dan mengaji aku kembali merebahkan diri, meskipun tak terpejam sama sekali tapi
an, aku membuka pintu kamar, menemuka
tidur warna pink aku turun ke meja makan, rambut sebahu kugulung dalam karet rambut.. K
nya akan ada Bi Asih tapi kali ini aku ingin sendiri. Entah, hatiku resah. Fi
jadi, aku berhar
ara Bi Asih kembali datang sebagai penarik kembali ingatanku. Aku mengangguk d
moga beliau turut hadir di pernikahan sementara ini. Mataku basah, aku t
desa. Aku memiliki wajah yang sama dengan Ibu tapi beliau lebih
, menyisakan wajah dengan bekas air mata di pipi. Aku tidak pu
enunggu." Suara Bi Asih
wajah dan mulai melangkah. Melang
ngan tentang kedua orang tuaku yang sudah tiada. Ada dua orang saksi dari piha
empar senyum termanis padanya, seperti berusaha menenangkan. Dan aku, sibuk meremas jari, men
p dimulai,
alim dengan tatapan kerasnya. Sama sepert
ai
n kata-kata keramat itu terdengar
ar dengan mas kawin seperangk
a Jihan binti Umar dengan mas
ah?" Pertanyaan peng
ah
nya di mulai. Apa pun i
a sudah pergi. Penghulu dan beberapa o
, karena seusai ijab gabul tadi dia mem
k-baik sa
rumah ini tentu saja tahu apa yang terjadi, bahkan yang akan terj
r berkumandang. Saatnya aku kembali p
mulai berpikir untuk mengetahui tujuan utama aku dibawa ke sini. Tentang bayi ta
dirimu, aku