panggung dengan cahaya kemerahan. Kedua matanya sedari tadi terjerat pa
sambil memegang mic. Wajah maskulin selaras dengan gema bariton yang mencuri telinga seluruh pe
di kepala semua yan
senyuman kelewat manis yang dalam sekejap melumpuhkan hatinya. Saraswati yakin bukan sekadar
kerja di Jumat malam, ia hanya berniat melepas penat dengan sepiring pasta dan segelas bir di atas meja. Siapa sangka, di bar
rnya tidak begit
a kolega bisnisnya. Namun suara dalam dan berat penyanyi dengan penampilan unggul di
menyatu dengan
apa saja yang dilakukan terlihat bagus-bagus saja. Mungkin juga karena lelak
dibawakan. Lelaki itu dan personil band lainnya turun dari panggung
ai senyuman yang membuat jantung
ki jangkung yang sudah
a sendirian." Saraswati tidak
sambil bersiap menarik kursi di hadapan
lah
njur mencuri puja- pujinya itu tersenyum mal
perkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan.
lekat-lekat wajah
kamu?" Fadly bertanya
ngenakan kaos dan celana jeans, yang dipadu dengan jaket merah. Tetapi entah mengapa bisa terlihat
alam ini ia masih mengenakan pakaian kantoran
ki selama ini ia lebih sering dipanggil Saras. Tetapi entah mengapa
Jakarta?" Fadly be
. Ka
len." Fadly lagi-lagi mem
sambil diam-diam memuji dalam ha
? Kalau Saras mau. Saya sud
t yang kelewat manis ini? Fadly seperti diproduksi dari p
ebani oleh harapan pada pesona yang sulit dimentahkan oleh perempuan mana pun. Terlebih sepasang mata elang
s. ," puji Saras
a Fadly dengan k
p. Sebaliknya, Fadly tidak sedetik pun terlihat salah tingkah. Fa
ti hanya mampu menj
annya. Ada sesuatu di sana, seperti percikan yang mengisyaratkan ketertarikan. Jadi a
an candaan karena sepertinya sudah akrab, lalu memesan minuman beralkohol. Dari jeni
ly sambil mengeluarkan sekotak rokok dan korek api.
epan wanita. Percaya diri bersikap apa adanya. Sedikit memimpin. Lelaki yang
Saraswati me
ibir seksi menghembusk
gat lelaki. Wajah, sikap, suara, intonasi, bahkan tatapan, juga se
Saraswati menunduk malu demi menye
mau?" Fadly menatap
eski tadi ia sudah menghabiskan bir dengan kadar alkohol yang rendah. Saraswati pikir tidak ada salahnya sesekali
sibuk apa?" Saraswati t
t. Selain hari itu, di tempat lain.
... kamu
n," rala
perti kenalannya yang lain. Melihat Fadly yang tampil dengan rambut semi gondrong, sepertinya lelaki itu memang
api jadinya keterusan di sini." Fadly menebak
iata
k piringnya yang telah kosong juga g
tahuan. Memang nyatanya keberadaan Fadly y
ulang kerja. Fadly juga bercerita mengenai pekerjaannya sebagai pengamen yang kerap manggung dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu Fadly m
y menambah pesanan minuman, dan
saling tertaut di atas meja. Mereka menertawakan banyak hal. Di depan kasir Fa
saat lelaki itu mengelua
ngan Fadly . Ia melihat deretan kartu di dompet Fadly . Meski sedikit mabuk, kedu
i sekali lagi melirik wajah Fadly yang me
pengusaha kartu kredit platinum hanya bisa diberikan kepada nasabah yang berpenghasilan minimal seratus juta per bulan. Tentu saja fasilitas yang diberikan sungguh setara dengan gaya hidup nasaba
alan sempoyongan di samping lelaki itu, yang d
tap hotel di s
hanya ingin segera berdua-duaan di dalam kamar dengan Fadly . Seolah sudah saling
ly mampu membuatnya terseret dalam arus pesona. Sudah lama Saraswati tidak merasakan hal seperti ini dan malam ini Saraswati ha
aat di dalam kamar dengan pencahayaan remang, ke
yang sudah lama kering berdenyut berkali-kali. Cara lelaki itu melakukan
lam sekejap hatinya merasa nyaman, karena Fadly membuatnya ya
lebih lama lagi saat sudah berada di puncak gairah. Namun Fadly
itu tidak ada yang tidak jantan. Ia dilecut gairah saat melihat kulit langsat Fadly
mbuat tubuhnya berguncang. Napas Fadly bau alkohol, begitu juga napa
rasa itu datang lagi. Membuat
ng tengah mengaduk-aduk liang kewanitaannya berhasil membawanya pada geliat kenikmatan yang kian me
at. Saraswati hanya bisa meringis saat jerat tatapan Fadly menemukannya. Tatapan yang seolah mengatakan a
berkali-kali. Membuat Saraswati menjadi semakin ba
a tangannya kembali menjambak kuat-kuat ramb
ing sendiri selama satu tahun. Fadly bahkan belum tampak lelah, malah
u-malu. Sungguh tidak menolak jika
irnya, berciuman kecil,
edua tangan Saraswati menangkap gemas wajah Fadly , s
yum dan kemb
adly .
membuat Saraswat
ta dan kelewat kaget saat menem
a
inya yang berada di dalam seli
apa pun di dalam kamar yang
ia menyantap pasta dan minu
esek-esek dengan seorang lelaki random? Saraswati luar biasa
mendengkur di sampingnya. Perlahan muncul bayangan mas-mas ja
g mengambil tindakan ceroboh saat sedang mabuk. Sejujurnya, ia bahkan sed
lewat gagah yang membuatnya dilanda nikmat semalaman. Sial, yang Saraswati in
amin! Eh
nya tapi ingat kelaminnya. Ma
gigit bibir bawahnya
t. Jadi dengan gerakan perlahan ia beringsut menuruni ranjang. Tanpa senga
di bawah kakinya. Sekali lagi melirik wajah tampan l
buka dompet di tangannya dan mencari KTP lelaki gula Jawa
y Su
celana dalamnya dengan gigi. Masih terbayang bagaimana saat
di klitoris nya. Bagaimana
elalak lebar saat ia meli
uluh tahun d
saja saat daya kejut bertegangan ting
kemarin sore? Saraswati nyaris menangis
i
i
aaaaa
an berondong berusia yang usi
ca tetapi tidak ada yang salah denga
hkan jarak usia mereka t
ah berpengalaman dengan wanita? Saraswati juga merasa kesulitan menebak usia laki-
h layak disandingkan dengan pria yang jauh lebih dewasa. Fadl
alu. Sungguh tera
pet yang ia letakkan di atas meja. Selanjutnya
gi. Setampan apa pun, berondong bukan tipenya. Apalagi yang berjarak sepuluh tahun. Saraswati mengenakan heels-nya dan
iasa indah, sebelum i