rinya. Meninggalnya sang ibu membuat kehidupannya berantakan, Amira menyangka ayah tirinya itu akan
yang bernama Yeni. Gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 2 SD, tentunya membutuhkan perhatian dan biaya sekolahnya juga. Yang akhirnya Amira bekerja
Sikapnya berubah setelah istrinya meninggal. Dia sering kali memarahi Amira dan adikn
a mendapati sang Ayah tengah meminum minuman beralkohol. Di meja itu terdapat beberapa botol minuman ke
ayahnya itu m
angkahnya, dia menoleh ke arah ay
pulang?" Pak Wanto bertanya de
ja agak telat tutupnya karena banyak
Sudah sini, pijitin
aru saja pulang kerja. Tapi karena takut. ayah tirinya itu bertindak kasar, yang akhirnya Am
berada di dekat ayah tirinya. Tapi mau gimana lagi, Amira tidak bisa berbuat ban
bapak!" Pak Wanto lag
a, P
n dengan aroma alkohol di ruangan itu, apalagi ayah tirinya itu tidak henti-hentinya menenggak minuman keras itu
ya berubah menjadi orang yang gampang marah. Tak sampai disitu, ayah tirinya itu juga selalu mabuk dan ingin selalu berjudi, sehingga Amira kadang tidak bisa menyimpan uang hasi
taknya yang seketika membu
ira dengan gemetaran
, karena setiap kali Amira mendapatkan gaji, dia tidak bisa mengumpulkan uang itu, karena memang untuk kebutuhan keluarganya, belum lagi ayahnya yang selalu meminta uangnya untuk ber
a lah yang membuat ayah tirinya semakin bertidak kasar dan sering memukul. Sehingga mau tidak mau Amira harus te
inum itu lagi? Kasihan aku sama Yeni, Pak.
Amira malah membuat
apa? Hah! Masih kecil
ya serasa remuk mendapati perlakuan ayah tirinya yang benar-benar sudah tidak seperti dulu lagi. Sosok ayah yang menurut Amira ak
" pinta pak Wanto den
ian." Amira terlihat
gal berapa?! Jangan bohong kamu! Mana uang k
elum mendapatkan gaji dari hasil kerjanya karea, entah besok atau hari apa pulangnya aku juga engga tahu, P
ti itu, pak Wanto semakin menjadi-jadi.
L
ayah tirinya. Sambil memegangi pipinya Amira berusaha me
at!" bentak pak Wanto
, ada juga itu buat biaya makan,
Udah sini c
ga rumahnya, yang akhirnya dia melangkahkan kakinya, ia bergegas masuk kamar. Sambil menangis dia membuka
a untuk makan. Dia melirik kearah adiknya yang sudah terl
mir
hampiri ayah tirinya dengan membawa selembar uang pecahan seratus ribuan. Ta
a seg
ada lagi," jawab Am
bohong. Ambil
nggak ada lagi." Amira beru
sam dia langsung melangkahkan kakinya dengan sedikit sempoyongan. Sedangkan Amir
kamu tidak bisa ngas
mengancam, matanya terli
*