ibu muda sekaligus orang tua tunggal. U
u ini sudah kuderita sejak aku SMA. Aku suka merasa risih jika setelah dari tempat manapun, tidak mencuci t
duduk di bangku SMA tingkat pertama. Untungnya dia tidak menuruni OCD ku ini. Meskip
lahraga bersama teman-temannya di luar rumah. Kadang waktunya dari ia pulang sekolah siang sampai pukul 8 malam. Hal itu tentu membuatku selalu sendirian di rumah. A
u itu bermaksud membantunya. Akan tetapi, mereka lalu memanggil kawanannya. Mereka memaksa suamiku untuk menyerahkan uang, jam tangan, tas, termasuk mobil Jaguar kami.
hal itu. Adrian saat itu kebetulan sedang menginap di rumah ibuku, jadi aku sendiri yang menjenguknya. Luka akibat tembakan tersebut berujung fatal. Suamiku rupanya tida
i rumah. Ditambah dengan kebiasaanku terkait OCD yang suka merasa khawatir jik
ng pemuda, entahlah siapa dia, mungkin tetangga baru kah? Usianya kisaran sepuluh tahun dibawahku, dan, dia juga tinggi serta rupawan
a mempersilahkannya masuk sebentar, namun dia menolak dengan sopan. Aku bilang padanya bahwa tak usah sungkan-sungkan jika ingin menaruh mobilnya di sini. Kami pun saling b
nemaniku. Kami sudah akrab sejak aku sering berkomunikasi dengannya via chat online, dan tentunya tanpa sepengetahuan Adrien. Aku sudah
Gerard hanya datang untuk parkir saat pukul 15 sampai 19 sore. Selebihnya kami saling mengobrol di handphone. Aku belum ada niatan untuk m
belakang diam-diam dan bertanya padanya dengan alasan apa dia kemari. Dia rupanya ingin menumpang tidur di rumahku, tepatnya tidur bersamaku. Gawat pikirku. Adrien ada di rumah, dan Gerard datang. Aku sempat menegur Gerard mengapa tidak menghubungiku dulu sebelumnya jika
n. "Oh, uhm... aku.. ah.. ibu.. ibu sedang memeriksa pintu nak. Memastikan apakah sudah ibu kunci atau belum." jawabku. Seketika ku menoleh ke depan, dan rupanya Gerard sudah menghilang entah
engiyakan saja, dan tak terlalu menghiraukan kejadian malam itu. "Maafkan ibu ya, nak," uc
an dan cara untuk menolak ajakan Gerard tersebut agar tidak datang malam larut begini. Bukannya aku tidak mencintainya, tetapi aku juga harus menjag
um obatmu malam ini? Aku rasa ibu lupa." tegur Adrian dengan nada tinggi yang kemudian merendah. Aku pun berbalik dan berkata, "Sud
Aku memarahi ibu sebenarnya bukan karena ibu sering mengecek berkali-kali pintu rumah, tetapi sebaliknya. Sekarang malah aku yang khawatir dengan ibu, yang seakan kehilangan sifat kehati-hatianmu. Ibu acap kali membuka pintu rumah di larut malam begini. Ibu
dak pernah lagi mendengar suara pagar dibuka pada larut malam dan juga jadi mengurangi intensitasku memeriksa sesuatu secara berulang-ulang. Bahkan, akhir-akhir Gerard
a aku sedang menonton televisi, dan malam itu masih pukul 22:30, Gerard kembali menghubungiku. Katanya, dia kangen padaku dan ingin sekedar main ke rumah. Dia minta maaf juga karena akhir-akhir ini dia sibuk a
kemudian menggendongku naik ke lantai atas menuju kamarku dan menaruhku di kasur. Kelihatannya dia akan benar-benar membuktikannya malam ini padaku. Di
erkejutnya diriku bahwa yang sedang bersenggama denganku ialah sesosok Genderuwo. Aku pun berlari dengan mengambil kain seadanya untuk menutupi dada dan bagian bawah tubuhku. Aku berteriak keluar rumah meminta tolong kepada tetangga sekitar