ruang tamu. Otaknya masih dipenuhi tanda ta
di sini? Bukannya dia di Papua?" Nana mel
Aduh kok aku jadi puyeng begini?" Nana kini memejam
k Siti, asisten rumah tangganya terke
a menghampirinya dengan sapu d
an kan?" Mbak Siti
using, kepalaku cenat cenut rasanya,"
emburu takut suaminya direbut Ibu?" Mbak Siti bertanya dengan santai s
na sambil melemparkan bantal kursi pada Mbak Siti
uk bantal menatap asisten rumah tangganya yang masih sibuk membersihkan debu-de
apa kiri Bu?" Mbak Siti
uli kan! Hadew!" Nana kembali hendak melemparkan bantal pada wanita yan
sini sekitar enam bulan lalu. Suaminya namanya Pak Erick dan anaknya, Alvin
ya Erick? Papanya Alvin?" N
Jadi wajar saja ibu baru-baru ini melihat mereka." Mbak Siti
ng main dengan kucing-kucing kita. Tapi baru tadi lho saya ketemu
lau Bu Tania, istrinya, kadang ketemu saat ar
kini berganti menatap N
Nana tidak begitu akrab dengan penghuni villa di daerah mereka tinggal meski dia termasuk penghuni terlama. Selain sibuk dengan
ya Alvin sebelumnya, begitupun dengan mamanya." Nana beralasan demikian, meski alasan s
tetangga di sekitar sini. Ibu sibuk ba
nggak tahu kalau punya tetang
ng ghibah atau sosialita yang sibuk tidak jelas." Mbak Sit
yuran nggak jelas. Masih banyak yang harus saya kerjakan Mb
an?" Nana mengalihkan pembicara
Biasanya Ibu kan nggak sarapa
an asisten rumah tangganya. Selama ini Nana memang jarang sarapan dan lebi
." Mbak Siti bergumam sendiri sambil meli
sa kaku. Diliriknya Mbak Siti
at cenut doang!" Nana melemparkan bantal ke
kesurupan saja." Mbak Siti mengomel sendiri sambi
Berencana untuk menyeduh kopi dan menyiapkan
juga bahan untuk membuat sirupnya, gula aren dan air. Nana mencoba untuk membangkitkan kemb
nikmat. Tak heran jika coffe shop dan bakery-nya yang dirintisnya semenjak beber
kitkan hasrat dan gairah yang terpendam dalam hatinya. Aroma kop
kentang tersaji manis di atas meja makan. Biasanya Nana hanya meny
tanpa permisi. Pertemuan tak terduganya dengan Erick, si mp
cenut kepalaku ini," gumam Nana setelah meny
Teriaknya pada asisten rumah tangganya
n tak berapa lama memba
-kluntung terus Bu." Adun
ti berbunyi, dan Nana kerap mengabaikannya. Dia memiliki dua buah ponsel yang memiliki fungsi berbeda. Satu untuk a
e dan donat kentang, nanti mbak makan dan juga ba
ian wanita itu kembali ke kamar N
. Ada banyak notifikasi pesan yang masuk. Dengan hati-hati diusapnya layar benda pipih i
ri
na
sejenak. Teringat pria yang tadi bersama Alv
a. Bahkan dia pun mengenali Erick bukan sekadar dari foto sem
begitu pun sebaliknya. Setidaknya itu yang Na
N
ku cena
patkan balasannya. Erick hampir tidak pernah mengirimi pesan atau
ri
en
peng
iasanya Erick secepat ini membalas pes
N
knya aku
ku liha
ggaan
ri
ksu
N
a mirip
nterin anakny
anaknya nem
rin ke
sih kue
ri
st
ng Abang,
N
nar saja
ukannya
ri
ndah 6 bu
u kabur ke
N
hon
ri
ang
terakhirnya, smartphone-nya berde
gnya berdetak lebih kencang. Nana tidak dapat membayangkan reaksinya mau
asa dilontarkan Erick saat mere
uk jidatnya saat melihat Eri
dengan yang dikenakan papanya Alvin. Begitu juga Erick m
tetangga!" Nana tidak tahu ha
ka akan menjalani hari-hari selanjutnya sebagai tetangga