/0/15680/coverbig.jpg?v=3a19f1e4a85db4fa94e2f407d1d793b4)
Bagaimana jika ternyata tetangga di tempat barumu adalah kekasih virtualmu? Erick terkejut setengah mati saat suatu hari bertemu dengan tetangga sebelah rumahnya yang ternyata bukanlah orang asing baginya. Dia adalah kekasihnya di dunia maya. Kehidupan masa kini, kecanggihan teknologi komunikasi dan kesibukan yang cukup menyita waktu kesehariannya dan pernikahan yang mulai terasa hambar itu semua turut andil dalam sepak terjang Erick di dunia maya. Di dunia penuh halusinasi, ilusi dan semu semata itu Erick bak menemukan sebuah oase yang cukup menyejukkan jiwanya. Meski sadar sepenuhnya itu tidak sepenuhnya nyata, setidaknya ada satu bagian dalam hidupnya yang terpuaskan. Ketika sesuatu yang disangkanya hanya bisa terjadi di dunia maya kini hadir dalam kehidupan nyatanya, tepat di depan matanya, Erickpun mulai goyah. Kehidupannya pun perlahan mulai berubah. Sedangkan Nana adalah wanita yang enggan menikah untuk ketiga kalinya karena julukan wanita pembawa sial dilekatkan padanya setelah kedua suaminya terdahulu meninggal dunia. Memutuskan untuk hidup menyendiri bersama kucing-kucing peliharaannya dan menikmati hidupnya dalam kesepiannya. Hingga tanpa sengaja bertemu dengan Erick di dunia maya dan menjalin kedekatan yang tidak biasa. Pada awalnya hubungan mereka sebatas hubungan saling menguntungkan dan memuaskan. Namun seiring berlalunya waktu, kedua insan yang terluka dalam kehidupan nyata mereka, itupun saling mengobati dan menyelamatkan satu sama lain.
"Alvin!" Erick memanggil putranya yang baru berusia sepuluh tahun.
Dia sudah bersiap hendak berangkat ke kantor sekalian mengantarkan sang putra pergi ke sekolahnya. Erick memindai carport dan sekitarnya mencari keberadaan putra tunggalnya itu. Namun cukup lama bocah laki-laki itu tak menampakkan batang hidungnya.
"Hadew Alvin! Itu kucing siapa? Turunin, nanti baju seragam kamu kotor lho!" Teriakan Tania, istrinya, dari halaman samping rumahnya mengejutkan Erick.
Setengah berlari Erick mendatangi keduanya. Tampak Alvin tengah menggendong seekor kucing berbulu putih dan bermata biru dengan senang. Sementara Tania membujuknya untuk melepaskan kucing itu.
"Nggak kotor kok Mi. Kucing Tante Nana bersih semua kok." Protes Alvin dengan polosnya.
Mendengar jawaban putranya, Tania hampir saja meledak dalam kemarahan. Ditariknya kucing itu dari gendongan Alvin. Seketika kucing itu mengeong keras.
"Meow meow!" Kucing itu meronta hendak melepaskan diri dari dekapan Alvin, namun Alvin memegangnya erat-erat.
"Tania! Biarkan saja dulu!" Erick menegur istrinya, saat melihat Tania hendak menarik kucing itu lagi.
"Ih Papi! Lihat tuh, bulu-bulunya bikin kotor seragam Alvin." Sungut Tania kesal, namun tidak berani membantah ucapan Erick barusan.
Erick melirik Tania, dan seketika wanita itu terdiam. Lirikan tajam Erick mengisyaratkannya untuk tidak lagi berbicara.
"Alvin sudah siang lho! Nanti terlambat ke sekolah. Lepasin kucingnya ya." Erick berjongkok di depan putranya dan membujuknya dengan lembut.
"Kasihan Omil Pi." Alvin membelai kucing putih berjenis himalayan itu dengan hati-hati.
Erick dapat melihat keakraban putranya dengan kucing lucu itu. Selama beberapa hari ini dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga kurang memperhatikan perkembangan putra tunggalnya. Bahkan tidak tahu sejak kapan putranya menyukai hewan berbulu itu.
"Omil namanya? Alvin tahu siapa dan di mana rumah yang punya Omil?" Erick kembali menanyai putranya dengan lembut.
"Tahu Pi!" Sahutnya dengan mantap.
"Oke, karena sudah siang, kita antar Omil ke rumah yang punya sekalian berangkat sekolah." Erick menyentuh puncak kepala Alvin dengan lembut.
"Oke Papi!" Serunya dengan riang.
"Salam Mami dulu." Bisik Erick pelan.
"Mami, Alvin berangkat sekolah dulu ya." Dengan ragu Alvin mengulurkan tangannya.
Tania hanya mengangguk dan mengulurkan tangannya yang segera di sambut tangan gemuk Alvin dan kemudian diciumnya dengan takzim. Namun Tania bersikap acuh tak acuh seakan tidak peduli.
"Berangkat dulu ya!" Erick mengecup kening Tania sebelum menggandeng Alvin ke carport.
Tania hanya mengangguk kaku dan melambaikan tangan dengan enggan. Kemudian dia segera masuk ke dalam rumah tanpa mengantarkan suami dan putranya setidaknya hingga pintu gerbang.
Erick menghela napas kasar dan menyugar rambutnya yang sudah tersisir rapi hingga berantakan lagi. Situasi seperti ini sudah menjadi santapan kesehariannya semenjak Erick memutuskan untuk menyekolahkan Alvin di sekolah umum tiga tahun lalu. Tania selalu bersikap acuh tak acuh kepadanya juga pada putra mereka, Alvin.
"Di mana rumah pemilik Omil Vin?" Erick membuka pintu mobil dan membiarkan Alvin duduk di kursi depan.
"Itu di sebelah rumah kita. Tante Nana yang punya Omil." Alvin menunjuk rumah di sebelah rumah mereka.
"Oke nanti kita mampir." Erick duduk di belakang kemudi siap untuk segera meluncur.
"Nana?" Gumamnya dalam hati.
Nama yang baru saja disebutkan putranya, menghadirkan debaran di hatinya. Sebuah nama yang sederhana dan pasaran namun pernah membuatnya begitu memuja. Bahkan hingga kini nama itu kerap membuat hatinya berbunga-bunga.
"Ah mungkin hanya kebetulan saja. Nggak mungkin dia." Masih gumamnya dalam hati.
Dengan hati-hati Erick mengemudikan mobilnya, keluar dari halaman rumah mereka. Perlahan-lahan mobil melaju dan berhenti di depan rumah di sebelah mereka.
"Ini rumahnya?" Erick menatap putranya memastikan mereka tidak salah alamat mengantarkan kucing Himalaya itu.
Alvin mengangguk mantap. Erick tersenyum membelai kepala putranya dengan sayang.
"Alvin berani kan mengantarkan Omil sendiri? Papi tunggu di sini."
"Oke Pi!" Alvin mengangguk dan segera turun dari mobil dan berlari menuju rumah mungil yang nampak asri.
Erick mengawasi putranya tanpa lengah sedikit pun. Nampak Alvin membuka pintu gerbang dan berbicara dengan seseorang. Kemudian putranya itu segera berlari kembali ke mobil.
"Sudah?" Erick tersenyum melihat putranya nampak bergembira.
"Iya Pi. Tapi bukan Tante Nana tadi, pembantunya." Sahut Alvin.
"Oh, nggak apa-apa. Yang penting Omil sudah pulang ke rumahnya." Erick bersiap kembali mengemudikan mobilnya.
Saat bersiap hendak berputar arah, nampak seorang wanita dari rumah pemilik Omil melambaikan tangan ke arah mereka. Erick menghentikan mobilnya, membiarkan wanita itu mendekat.
Wanita itu mengetuk kaca jendela mobil dan Alvin segera membukakan jendela untuknya. Erick seketika membeku saat melihat dengan jelas wanita berambut panjang itu. Sesosok yang sangat familiar baginya namun rasanya mustahil jika dia ada di hadapannya sekarang.
Begitu pun dengan wanita itu yang menatap Erick tak berkedip. Namun hanya sejenak, wanita cantik itu tersenyum dan beralih menatap Alvin. Namun Erick dapat menangkap kilatan keterkejutan dalam tatapannya barusan.
"Alvin terimakasih ya sudah anterin Omil. Ini ada kue untuk Alvin." Wanita itu mengulurkan sebuah kotak padanya.
Alvin menatap Erick seakan-akan bertanya apakah boleh menerima kue dari wanita itu. Erick menganggukkan kepalanya pertanda mengijinkannya.
"Terimakasih Tante!" Alvin menerima kotak kue itu dengan riang.
Bocah itu tersenyum dengan polos memamerkan gigi putihnya tanpa menyadari kedua orang dewasa di dekatnya tengah saling menatap dengan canggung.
"Kami berangkat dulu. Terimakasih!" Erick berpamitan dengan canggung setelah cukup lama bersitatap dengan wanita itu.
"Hati-hati!" Wanita itu bergumam lirih dan melambaikan tangannya saat Alvin menutup jendela mobil.
Erick melirik spion dan melihat wanita itu masih berdiri di tepi jalan menatap mobilnya yang semakin menjauh.
"Ya Lord, caramu bercanda sungguh di luar dugaan!" Kembali Erick bergumam dalam hati.
Dipertemukan dengan seseorang yang tak pernah diduganya. Bahkan bermimpi pun tidak pernah. Namun Erick yakin, yang barusan bukanlah halusinasinya saja. Itu benar-benar nyata.
Sementara Alvin memandangi kotak kue di pangkuannya dengan takjub. Perhatian Erick kembali teralihkan pada putranya itu. Alvin hampir tidak pernah membawa bekal dari rumah.
Tania hanya beberapa kali membuatkan bekal dan tidak lagi membuatkan bekal untuknya saat dokter keluarga memberikan daftar menu dan bahan-bahan makanan yang aman dikonsumsi Alvin.
"Ribet banget sih Pi!" Keluh Tania waktu itu.
Sebelumnya Alvin sekolah di sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Tania tidak pernah repot dengan urusan bekal karena semua sudah difasilitasi pihak sekolah.
Erick memutuskan untuk memindahkan pendidikan putranya ke sekolah umum setelah Alvin memasuki usia pendidikan dasar. Tania sangat menentang keputusan Erick dengan alasan yang tidak jelas.
"Alvin mau bawa bekal ke sekolah?" Erick bertanya pada putranya yang masih terpaku menatap kotak kue di pangkuannya.
"Mau Pi. Semua teman Alvin membawa bekal." Alvin mendongak menatap Erick penuh harap.
Erick menghela napas pelan. Sungguh dia tidak mengerti dengan Tania, bagaimana dia bisa tidak menyiapkan bekal untuk putra mereka.
"Oke, mulai besok papi siapkan bekal untuk Alvin." Erick membelai kepala putranya dengan lembut.
"Are you serious Pi?" Alvin membulatkan mata menatap Erick tak percaya.
"Sure!" Erick tergelak melihat reaksi putranya.
Alvin tersenyum dan mengangkat tangannya mengajak sang ayah untuk ber-high five. Erick tertawa dan mengacungkan tinjunya di sambut kepalan tangan Alvin.
Erick kembali fokus mengemudikan mobilnya hingga sampai di sekolah Alvin. Bocah itu segera membuka pintu mobil dan setelah berpamitan padanya, berlari membaur dengan teman-teman sebayanya.
Erick memperhatikannya hingga putranya masuk ke halaman sekolah bersama teman-temannya. Setelah itu, Erick memutar mobilnya dan melanjutkan perjalanannya menuju tempatnya bekerja.
Dalam kehidupan sebelumnya Ming yue tidak pernah bersinggungan dengan Ding xi, kakak iparnya. Namun satu-satunya orang yang menangisi kematian Ming yue adalah Ding xi. Ding xi menangisi kebodohan Ming yue yang tak pernah menyadari pengkhianatan suami dan sepupunya. Surga memberi mereka kesempatan kedua. Mungkinkah mereka akan mengulangi takdir yang sama? Ataukah mereka akan membalas dendam pada orang-orang yang mengkhianati mereka? Mungkin tidak, mungkin mereka hanya ingin bersama dikehidupan yang sekarang. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
GAIRAH TERLARANG KAKAK IPAR MENGANDUNG KONTEN DEWASA 21+++. YANG MASIH KECIL MINGGIR DULU YA! Deskripsi Bercerita tentang seorang wanita cantik bernama Renata Adinda, yang dijodohkan dengan Mehesa Adi Sanjaya. Sejak pernikahan mereka, Adi tidak pernah melihat Renata sedikitpun atau menganggapnya sebagai seorang istri. Perhatian dan kebaikan yang Adi berikan untuknya hanya karena status mereka sebagai suami istri. Adi tidak pernah memberikan nafkah batin dan biologis untuk Renata. Bahkan tidur dalam satu ranjang pun tidak. Akhirnya datang seorang pria gagah dan tampan, yaitu kakak Adi bernama Ryota Anggara, atau sering disebut bang Rio. Ia tertarik dengan Renata dan mengetahui keadaan rumah tangga Renata dan adiknya yang hanya penuh dengan keterpaksaan. Akhirnya Rio mendekati Renata dan terjadilah hubungan terlarang antara mereka. Bagaimanakah kelanjutan hubungan terlarang antara adik ipar dan kakak ipar ini? Apakah mereka sanggup bertahan, atau malah berpisah? Ikuti saja kelanjutan kisahnya yang akan update disetiap harinya ya!
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
Ryan Sudono adalah seorang dosen muda yang menawan dan cerdas di sebuah kampus swasta ternama di salah satu kota besar di Jakarta. Ryan Anak tunggal dari keluarga yang sangat berada dan Papa Sudono dan mama Tyas pun juga seorang dosen. Papa dan mamanya Ryan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan Ryan karena sejak kecil Ryan sering melihat kemesraan papa mamanya itu di rumah dan juga perhatian serta support papa mamanya itu di kehidupan Ryan sampai dengan saat Ryan sudah beranjak dewasa bahkan saat Ryan sudah menikah papa mamanya masih sangat perhatian apalagi kedua ortunya itu berharap sekali agar cepat dapat momongan dari Ryan dan istrinya. Ryan Sudah beristrikan Tania yang sangat cantik. Tania sesama Dosen yang baru beberapa hari ia nikahi, Namun ada kekecewaan dengan Tania sebagai istrinya di awal-awal pernikahan mereka. Disisi lainnya sang Istri Ryan yaitu Tania yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja meski tak sekaya keluarga Ryan namun Tania juga punya kecerdasan di akademiknya yang membawa bisa berprofesi sebagai Dosen bareng sang suami, Ryan. Namun demikian, Tania punya kisah tersendiri dengan lelaki yang dulu mengejar cintanya saat ia masih SMA yaitu Robi. Mereka dipertemukan kembali saat ada acara reuni SMA. Robi ini awalnya seperti yang Tania kenal semasa di SMA dulu namun dalam perkembangannya mungkin karena lingkungan yang salah seiring berjalannya waktu si Robi ini ternyata menyimpan hal buruk yaitu memiliki profesi sebagai pengusaha pinjol yang banyak menjerat nasabahnya sehingga para nasabahnya itu terlilit hutang yang banyak ke perusahaan aplikasi pinjol milik Robi. Dan salah satu korban dari pinjolnya Robi adalah Rani mahasiswinya Ryan yang nantinya seorang dokter muda bernama Bayu lah yang berhasil melepaskan Rani dari cengkeraman kejahatan Robi. Kehidupan rumah tangga Ryan dan Tania terganggu oleh kehadiran Maya yang sejak lama sebelum Ryan menikah dengan Tania, dimana Maya diam-diam juga jatuh hati pada Ryan. Maya yang juga sahabat dari Ryan dan Tania, bekerja sebagai dosen di kampus yang sama juga dengan Ryan dan Tania. Kehidupan rumah tangga Maya dengan sang suami yang tidak sesuai harapan ini karena perjodohan dari ortunya. Maya akhirnya terpaksa menikah dengan lelaki pilihan ortunya yaitu Joko yang berwatak keras sehingga Maya merasa tidak bahagia selama hidup dengan suaminya itu. Joko dipilih oleh para ortu merkea karena Joko adalah putra dari sahabat sang mamanya Maya yang berteman akrab dengan mamanya Joko. Dengan alasan agar Joko bisa meneruskan usaha ayahnya Maya yang memiliki perusahaan properti sebagai salah satu manajer disitu maka Joko suatu saat diharapkan bisa menggantikan peran ayah mertua di perusahaan properti itu. Sampe usia pernikahan yang ke-3 tahun mereka belum dikaruniai anak. Entah siapa yang mandul yang jelas mereka berdua saling cuek dan belum periksa ke dokter tentang siapa yang mandul. Padahal idealnya sepasang suami istri mengharapkan kehadiran keturunan di keluarga mereka untuk melengkapi kebahagiaan sebuah rumah tangga. Sementara itu salah satu mahasiswinya Ryan yaitu Rani yang mungil tapi cantik dan agresif juga sangat menggebu mendekati Ryan. Rani yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas kuliahnya ditambah lagi tidak bisa fokus karena sedang bolak bali ke Bandung mengurus ibunya yang sedang sakit, disinilah Ryan terkondisi untuk terus membantu Rani dalam hal pengobatan sang ibu namun sayangnya hal ini nampaknya benar-benar dimanfaatkan Rani untuk mendekati Ryan sekaligus mengambil keuntungan dari kekayaan Ryan yang berlimpah. Padahal ada pria lain yang begitu baik yang sangat menyukai Rani yang tinggal kota bandung bersama sang ibu, yaitu Bayu seorang Dokter muda yang selalu setia melayani ibunya Rani di Rumah Sakit selama menjalani perawatan. Hubungan Ryan dan Maya semakin dekat tanpa diketahui oleh Tania apalagi kondisi rumah tangga Maya yang tidak harmonis dengan Joko sang suami membuat Maya semakin melarikan dirinya ke pelukan Ryan yang menawan itu. Ditambah lagi gairah Tania dalam berhubungan dengan Ryan sebagai sepasang suami istri sangat berbeda dengan perlakuan manis Maya ke Ryan. Pun Tania sempat terpesona oleh Robi sang mantan sewaktu di SMA nya dulu. Namun demikian dari semua itu, pada akhirnya Ryan dan Tania tetap bersatu karena ada hal yang ternyata bisa membuat mereka tetap mempersatukan mereka. Satu per satu orang-orang mencoba mengganggu kehidupan rumah tangga mereka itu berguguran alias mundur dan kembali dengan kehidupannya masing-masing secara normal kembali. Untuk Maya pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan dari lelaki yang cocok dengannya. Sedangkan tokoh antagonis seperti Robi dan Joko pada akhirnya akan kena getahnya di akhir cerita nantinya. Untuk Mahasiswinya Ryan yaitu si cantik Rani pada akhirnya jatuh ke pelukan pria yang mau secara tulus menjaga dan melindunginya sekaligus ikut merawat ibunya selama ibunya sakit yaitu Dokter Bayu.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.