Dalam kehidupan sebelumnya Ming yue tidak pernah bersinggungan dengan Ding xi, kakak iparnya. Namun satu-satunya orang yang menangisi kematian Ming yue adalah Ding xi. Ding xi menangisi kebodohan Ming yue yang tak pernah menyadari pengkhianatan suami dan sepupunya. Surga memberi mereka kesempatan kedua. Mungkinkah mereka akan mengulangi takdir yang sama? Ataukah mereka akan membalas dendam pada orang-orang yang mengkhianati mereka? Mungkin tidak, mungkin mereka hanya ingin bersama dikehidupan yang sekarang. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.
Aku tahu aku akan mati. Tubuhku sudah tidak kuat lagi. Aku terbaring di ranjang putih ini sendirian. Di ruangan yang kecil namun bersih dan rapi.
Beberapa tahun ini aku menghabiskan waktuku di panti ini. Di tempat di mana orang-orang sepertiku ditampung. Tanpa sanak saudara juga teman.
Namun beberapa tahun di sini aku justru lebih bahagia dibandingkan seumur hidupku bersama suami dan sanak saudaraku. Di sini aku bertemu dengan orang-orang yang senasib. Kami berbagi cerita, suka dan duka.
Waktuku hampir tiba dan entah mengapa aku teringat perjalanan hidupku selama 45 tahun ini. Terlahir di tengah-tengah keluarga miskin di pedesaan yang tertinggal, aku menjalani kehidupan yang sederhana semasa kanak-kanak hingga menjelang remaja.
Saat dewasa aku menikah dengan salah satu putra kepala desa karena hutang budi. Sewaktu masih kecil aku pernah menyelamatkan nyawa putra kepala desa, dan beliau berjanji untuk mengambilku sebagai menantunya.
Sebagai gadis desa yang miskin dan lugu, tentu saja aku senang. Sedari kecil aku memupuk cinta pada Ding yuan putra kedua kepala desa yang aku selamatkan.
Namun aku tak menyangka dia mengkhianatiku dengan menyelingkuhi sepupuku sendiri. Aku tidak tahan dengan pengkhianatannya, apalagi neneknya tak pernah bisa menerimaku. Menurutnya aku tak pantas menjadi cucu menantunya.
Aku bercerai dengan Ding yuan, namun sepupuku tak mau melepaskanku begitu saja. Dia sengaja menabrakku dengan mobilnya. Beruntung aku selamat, meski aku menjadi lumpuh. Sejak itu aku dirawat di panti ini.
Aku tak pernah tahu siapa yang membawaku kemari juga membiayai perawatan dan pengobatanku. Keinginan terakhirku sebelum aku pergi, aku ingin bertemu dan berterima kasih pada orang itu.
Surga jika kau ijinkan pertemukan aku dengannya, aku ingin mengucapkan terima kasih dan memberkati hidupnya.
Mataku mulai terasa berat sedangkan tubuhku terasa ringan. Aku merasa mengantuk dan melayang-layang. Ming yue, meninggal diusianya yang ke 45 tahun. Tanpa sanak saudara menemani saat-saat terakhirnya.
"Ming yue, kau tidak sendiri. Aku selalu menemanimu. Selalu mencintaimu. Ming yue surga pasti akan berbelas kasihan pada kita. Agar kita bisa bersama di kehidupan nanti. Mungkin juga surga akan memberi kesempatan kedua untuk kita. Jika itu ada, aku bersumpah akan menjagamu dan tak akan melepaskanmu."
Seorang lelaki berlutut di tepi tempat tidur Ming yue. Namun Ming yue tak pernah tahu orang yang selalu ingin ia temui kini tengah memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Ming yue, Ding xie surga pasti akan memberi kesempatan kedua untuk kalian berdua.
Kepalaku terasa pusing dan badanku sakit semua. Perlahan kubuka mataku. Inikah surga?
Haih kenapa surga terlihat seperti kamar di rumah kumuh orang tuaku?
Perlahan kuedarkan pandanganku ke sekeliling. Astaga itu memang kamarku semasa aku kecil. Kenapa aku di sini? Bukankah aku mati?
Dengan panik kutatap lengan, tangan dan kakiku. Haaiih ini benar-benar tubuhku semasa umur belasan tahun.
Aku segera melompat dari tempat tidur dan bercermin di cermin yang sudah retak yang ada di kamarku.
Ya Tuhan itu memang aku saat berumur 11 tahun dan di dahiku ada perban menutupi luka akibat terantuk batu saat aku didorong sepupuku.
Apakah aku hidup kembali diusia 11tahun? Itu dua tahun sebelum ayahku meninggal.
Ah iya ayahku ... aku harus mencari ayahku. Aku harus bisa membujuknya untuk mengubah nasib kami. Agar kelak keluarga kami tidak dihina lagi.
"Ming yue ...." Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang wanita memasuki kamarku. Dia ibuku, Hui yun.
"Ming yue jangan turun dari tempat tidur. Apakah ada yang tidak nyaman di badanmu?" wanita itu mendekatiku dan menyentuh dahiku dengan lembut.
"Ibu ...." Aku memeluk wanita itu dan mulai menangis tersedu-sedu. Ibuku yang malang, yang selalu menderita di tangan mertua dan iparnya.
"Ming yue gadis baik, jangan menangis lagi. Ayo berbaring lagi. Ibu akan membasuh badanmu."
Aku menurut dan duduk di tempat tidur. Kutatap wajah cantik ibuku. Dia masih muda namun terlihat kuyu, kurus dan kehilangan vitalitasnya.
Ibu, surga mengijinkan aku untuk hidup lagi pasti agar aku bisa melindungi orang-orang yang kusayangi. Untuk mencegahmu mati dalam kesia-siaan.
Mungkin aku tidak bisa mengubah takdir namun aku pasti bisa menghindari kesalahan dalam kehidupan kedua ini. Setidaknya aku bisa sedikit mengubah alur kehidupanku juga keluargaku.
"Ibu aku akan membasuh sendiri. Aku bisa melakukannya." Aku mengambil handuk kecil dari tangan ibuku.
"Baiklah, ibu akan menyiapkan bubur untukmu. Setelah membasuh, makanlah dan beristirahatlah."
Ibu pergi meninggalkanku sendirian. Aku termenung dan tak terasa mulai menangis terisak-isak.
Surga terimakasih atas kesempatan kedua ini. Aku Ming yue akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dari hidupku yang dulu.
Surga aku tidak akan balas dendam pada orang-orang itu. Aku hanya akan melindungi orang-orang yang aku sayangi. Dan hidup lebih baik dan penuh makna.
Aku tidak akan dibutakan cinta lagi. Aku akan meninggalkan Ding yuan dan tidak akan mengemis cintanya. Aku yakin surga akan memberiku kesempatan untuk cinta yang lain.
Setelah tenang dan dapat menerima kelahiranku kembali aku duduk di tempat tidur dan mencoba mengingat-ingat peristiwa yang terjadi saat umurku 11 tahun.
Haiiya ... dalam beberapa hari nanti aku akan menyelamatkan Ding yuan dari gigitan ular berbisa. Aku harus menghindari bertemu dengannya. Aku tidak ingin terlibat apa pun dengan laki-laki itu.
Dan juga besok ayah akan mengajakku ke kota untuk menjual biri-biri kami. Dalam kehidupan yang lalu uang hasil penjualan biri-biri itu pada akhirnya dipinjam paman kedua dan sebagian diberikan ayah untuk nenek. Hanya sisa sedikit untuk kami.
Pada masa ini bakti anak sangatlah mendominasi kehidupan. Banyak orang yang lebih mementingkan orangtuanya daripada anak istrinya.
Ayah ibuku juga seperti itu. Mereka sangat takut dianggap tidak berbakti pada orangtua. Namun pada saat-saat terakhir hidupnya ayah sangat menyesal karena baktinya pada orangtua telah menyengsarakan anak dan istrinya.
Dalam kehidupan ini aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mencegah ayah untuk meminjamkan uang pada paman kedua. Dalam ingatanku, sampai aku meninggal paman tidak pernah mengembalikan uang itu.
"Ming yue, apa kau sudah lebih baik?" Ayah berdiri di depan pintu kamarku yang memang terbuka.
Aku ingin menangis melihatnya lagi setelah lama tak melihat ayah. Ayah terlihat kurus namun masih sehat. Satu tahun kemudian sebuah kecelakaan membuat kesehatannya merosot.
Dan pada akhirnya ayah meninggal setelah ibu melahirkan putra yang sangat dinantikannya. Mengingat semua itu aku merasa masam di hati.
"Ya ayah aku sudah lebih baik. Ayah bolehkah aku ikut ke kota denganmu?" Aku berusaha menyembunyikan isak tangisku yang hampir tak bisa kutahan. Aku tidak ingin ayah curiga karena aku menangis.
"Ayah memang berniat untuk mengajakmu. Mungkin dengan ke kota akan menyegarkan badan dan pikiranmu."
Ayah masuk ke dalam kamarku dan duduk di sebelahku. Dengan lembut dibelainya kepalaku. Ayah tahu apa penyebab luka di dahiku.
Sepupuku, Tang zhiyin mendorongku hingga kepalaku terantuk batu. Namun Zhiyin tidak mau mengakuinya. Bahkan dia menuduhku telah membingkainya, karena aku iri dengan nilai-nilainya yang lebih tinggi dariku.
"Ayah, ayo kita pergi sekarang. Ini masih pagi, jadi kita bisa berjalan-jalan keliling kota." Aku berdiri dan menarik tangan ayah dengan gembira.
Haih sebenarnya aku malu bertingkah kekanak-kanakan. Namun akan aneh jika aku bersikap seperti seorang wanita berusia 45 tahun sementara tubuhku adalah bocah berusia 11 tahun.
Ayah tertawa melihatku bersemangat. Dia senang putrinya ceria lagi. Semenjak jatuh dan bertengkar dengan sepupunya putrinya menjadi pendiam.
"Baiklah baiklah. Ayah akan menyewa gerobak Paman Wang untuk mengangkut biri-biri itu. Kau naiklah sepeda."
Ayah keluar dari kamarku dan pergi ke rumah Paman Wang untuk meminjam gerobak. Aku bersiap-bersiap dengan berganti pakaian dan memompa ban sepedaku.
Ibuku tengah memasak, sedangkan adikku, Tang yin mei yang berusia 8 tahun masih tertidur .
Setelah berpamitan pada ibuku, aku menyusul ayah ke depan. Ayah sedang mengangkut biri-biri gemuk itu dengan Paman Wang.
Kami bertiga berangkat ke kota setelah semua biri-biri diangkut. Ayah dan paman Wang naik gerobak sedangkan aku naik sepeda.
Jarak dari desa ke kota terdekat tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu setengah jam dengan menaiki sepeda. Itu pun karena aku mengayuh dengan santai.
Kami tiba di kota saat matahari baru muncul di ufuk timur. Masih sangat pagi, namun pasar kota sudah terlihat ramai.
Ayah membawa biri-biri itu ke pasar hewan. Aku mengikutinya sedangkan paman Wang menunggu kami di dekat pasar.
Rupanya ayah sudah memiliki janji dengan salah satu pedagang di pasar itu. Mereka tampak berbincang-bincang dengan serius. Pedagang itu sangat puas dengan biri-biri kami. Tentu saja, biri-biri itu gemuk dan sehat.
Bagaimana jika ternyata tetangga di tempat barumu adalah kekasih virtualmu? Erick terkejut setengah mati saat suatu hari bertemu dengan tetangga sebelah rumahnya yang ternyata bukanlah orang asing baginya. Dia adalah kekasihnya di dunia maya. Kehidupan masa kini, kecanggihan teknologi komunikasi dan kesibukan yang cukup menyita waktu kesehariannya dan pernikahan yang mulai terasa hambar itu semua turut andil dalam sepak terjang Erick di dunia maya. Di dunia penuh halusinasi, ilusi dan semu semata itu Erick bak menemukan sebuah oase yang cukup menyejukkan jiwanya. Meski sadar sepenuhnya itu tidak sepenuhnya nyata, setidaknya ada satu bagian dalam hidupnya yang terpuaskan. Ketika sesuatu yang disangkanya hanya bisa terjadi di dunia maya kini hadir dalam kehidupan nyatanya, tepat di depan matanya, Erickpun mulai goyah. Kehidupannya pun perlahan mulai berubah. Sedangkan Nana adalah wanita yang enggan menikah untuk ketiga kalinya karena julukan wanita pembawa sial dilekatkan padanya setelah kedua suaminya terdahulu meninggal dunia. Memutuskan untuk hidup menyendiri bersama kucing-kucing peliharaannya dan menikmati hidupnya dalam kesepiannya. Hingga tanpa sengaja bertemu dengan Erick di dunia maya dan menjalin kedekatan yang tidak biasa. Pada awalnya hubungan mereka sebatas hubungan saling menguntungkan dan memuaskan. Namun seiring berlalunya waktu, kedua insan yang terluka dalam kehidupan nyata mereka, itupun saling mengobati dan menyelamatkan satu sama lain.
Tiga tahun yang lalu, Erina melahirkan bayi kembar tiga. Namun hanya satu yang selamat - itulah yang diberitahukan kepadanya. Untuk mewarisi harta warisan ibunya, Erina terpaksa menikah dengan seorang programmer komputer yang miskin namun tampan. Setelah menikah dengan pria misterius ini, ia mulai curiga .... Selama tiga tahun tersebut, dia tidak pernah berhubungan seks dengan pria lain, tetapi dia hamil.... Dia juga menemukan bahwa dia memiliki anak lain yang masih hidup .... Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa suaminya yang "miskin" terlihat seperti konglomerat yang dia lihat di TV?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Anjasmara, seorang putra selir di kerajaan Galuh yang diperintahkan oleh ibunya untuk mencari pendamping hidup dengan cara terjun dunia rakyat jelata menjadi sesosok pendekar muda gagah dan tampan. Apabila ada gadis yang ditemuinya dan susah untuk disentuh, maka itulah jodoh sejatinya. Namun, karena ketampanannya itu membuat setiap perempuan tergila-gila kepadanya. Di sisi lain sebagai pendekar, dia harus berurusan dengan masalah dunia persilatan yang membahayakan nyawanya. Namun, di sinilah dia dapat meningkatkan kemampuannya. Bagaimanakah Anjasmara menemukan belahan jiwanya dan mengatasi segala persoalan di jagat kaum pendekar? Ikuti kisahnya dalam Pendekar Petualang Cinta.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …