p menuju selangkangan Ricko yang menyembul. Namun ternyata
iur ciumannya di bibirnya juga bibir Aida. Napas mereka masih sedikit terengah-engah. Ricko dan Aida sam
kaiannya yang sudah acak-acakan dan tetap
a, keduanya lalu kembali melanjutkan perjalanan pulang menyusuri pematang dan jalan setapak dengan tangan yang t
menit berikutnya mereka
lokasinya bersebelahan dengan dapur dan ruang keluarga. Ricko ingin segera mandi dan menuntaskan gairahnya yang menggeb
membuka seluruh pakaiannya. Lalu dia membasuh kaki-kakinya yang terpercik lumpur dan mencuci kedua tangan. Sewaktu mencuci t
ng menuju ruang yang sesungguhnya sangat kamu benci jika itu dlakukan Fathan, suamimu. Tapi
rasa disebarkan dari tangannya yang bekas memegangi rudal keras dan besar milik Ricko it
enumpahkan bergayung-gayung air dingin ke tubuhnya. Segera kesegaran menyerbu badannya hingga membuatnya ingin bernyanyi. Maka tak lama kemud
egitu bergairah meremas-remasnya. Pada saat menyabuni bagian bawah tubuhnya, Aida terkejut sendiri. Hampir saja s
lebihan. Ada sensitifitas yang lebih dari biasanya. Tanpa sabun, tangannya bisa bergerak lin
nya. Sebentuk geli yang bercampur nikmat, yang dengan mudah membuat jantungnya berdegup sekian kali lebih kencang. Tanpa bisa diceg
desah Aida yang kini memperkuat usapan tang
dalam hatinya yang benar-benar sangat bingung. Belum pernah dia masturba
da bagian atas, bergerak-gerak seperti sedang menarik picu senjata. Aida tak menduga sentuhan tanganya sendiri pada clitorisnya akan te
as buru-buru berpegangan ke tembok. Sementara tangan lainnya tidak bisa berhenti dari menekan-nekan vag
terbuka. Napasnya sedikit memburu, serbuan-serbuan kenikmatan datang entah dari mana asalnya. D
amarnya, membuat Aida tersentak sadar.
mandinya..." Terdengar
a yang tiba-tiba tercekat, sebe
sa malu mandinya menjadi sangat lama hingga harus diingatkan. Aida bahkan tidak tahu
nunggu buat makan mala
turun kok." jawab Aida sambil mu
a bersyukur, ibunya datang sebelum dirinya betul-betul terlena oleh tangannya sendiri!
ikan perdebatan dalam kalbunya dan
anya Bu Qosim sesaat setelah A
mengapa jantungnya justru sangat dag-dig-dug tak karuan ditanya seperti itu oleh ibunya. Aida me
pak dan Nak Ricko. Udah tinggal berangkat," p
al pendek selutut, kaos oblong strech putih, serta sandal kulit cokelat, sudah duduk tenang di belakang kemud
an dan tidur yang memisahkan mereka. Hanya tinggal suasana tenang, sunyi dan sedikit canggung yang terasa dalam mobil itu.
kuan. Dia bahkan hanya berani memandang Ricko dengan ekor matanya. Aida tak ubahnya sep
ngannya kembali menyembul gede gitu?' tanya Aid
Jangan-jangan mereka gak pernah ciuman. Apakah harus gua ajarin, hehehe,' bisik Ricko
dah dan nikmat begitu. Gak pernah suamiku menciumku seperti itu, kecuali wa
romantis. Namun hanya debaran jantung tak keruan yang kini Aida dan Ricko rasakan. Hingga hampir seten
sendiri. Sesekali sudut matanya tak bisa ditahan untuk meirik selangk
e
y yang ada dalam pelukannya. Ricko mendadak menghentikan mobilnya karena ada tiga orang l
dadak pucat pasi. Jantung dag-dig-dug tak karuan, berdebar kencang dan s
tan golok yang ada di tangan salah seorang diantara tiga orang itu, tampak bekilau terkena sinar lampu. Aida kehabisan kata-kat
teriak Aid
ya sangat tegang memandangi ketiga lelaki itu yang semak
akin bergetar. "Dia tetangga ibu dulu, Ger!" lanjutnya dengan
ertemu dengan Daren, justru kini dia berjumpa dalam keadaan yang sangat menakutkan. Terlebih lagi
wab Rick
enal salah seorang diantara kawanan begal itu, tapi bukan Daren yang telah menjadi begal. Seseorang yang sudah masuk dalam kelo