lutnya yang terbuka. Telapak tangan yang lebar mencengkeram keras roda besi dingin dan memaksanya untuk terus berputar. Menggerakkan roda
enerobos kabut putih berbalut kegelapan pekat tengah malam tanpa ragu, resah telah mem
silih berganti, mengejeknya atau memberinya semangat. Pria malang terlihat mulai mengutuk dirinya sendiri. Selama hidupnya, belum pernah sekali pun ia melanggar pri
u!" makinya pa
un pikiran untuk kembali dan kalah pada tantangan bisu dihadapannya. Merapatkan gigi, kembali ia memacu kekuatannya untuk menaklukkan rintangan di depannya, yang mana di m
anyalah budak pena pengangk
ang manusia bodoh yang pernah ia h
mendorong dirinya untuk
cinta akan menguasai diri mereka hingga mereka melupakan d
ka lebar membujuk masuk udara, berjuang keras mengumpulkan kembali kekuatan dengan tenggorokan yang hau
sik lirih d
uatu dalam dirinya dan memaksa kedua tangannya yang lelah untuk kembali bergerak mendorong kursi rodanya. Untuk gadis itu, untuk sebu
tan tinggi. Udara dingin segera menyambutnya, membuat wajah dan tubuhnya menggigil kedinginan. Dan selama ini,
pat ia berusaha mengendalikan kursi roda, berjuang memutar arah roda yang bergerak terlalu cepat untuk menikung. Mendadak k
ian ia merasakan hentakan kuat pada seluruh dirinya yang menghajar tanah dan tubuhnya terseret
selama gadis itu tidak mengetahuinya. Selama gadis itu ti
*
m diam. Bibirnya tergigit menaha
u dan adikku sebuah jalan keluar. Sungguh jalan
l terlihat lengket di atasnya. Sekeliling tempat mereka terlihat gelap. Gadis yang sedang menetaskan air mata, Claire, takut menghidupkan lampu restoran demi menghemat biaya listrik. Ia sudah memohon pada pemilik res
, lebih baik kamu menjadi pelacur sepertiku daripada pergi
melahirkannya, dan kamu! Apa yang sudah kamu lak
yah. Masih berumur lima tahun dan dirinyalah yang mengurusnya sejak bayi. Ada begitu banyak perasaan kasih dan cintanya pada adi
sebuah cinta yang misk
diri lagi, selalu duduk di atas sofa tua dalam rumah, menonton t
bekerja keras untuk menyediakan ma
embahagiakan wanita yang melahirkannya dengan memberikan minuman keras, jika uan
mati-matian. Aku sudah makan sekali satu hari demimu. Apalagi yang kamu inginkan dariku! Semua
ras bibirnya, berusaha menahan isak tangis yang hendak menerjang keluar. Takut adiknya akan terbangun o
lah ini? Sungguh terlalu berat bagiku untuk menjala
*
lembung-gelembung berair di bawah kulit. Ia baru saja tiba di depan sebuah restoran cepat saji yang menjual burger dan minuman soda. Dadanya terlihat kembang kempis memaksa udara un