tnya bikin sakit mata. Mirna tidak suka warna terlalu terang seperti fuschia. Warna yang tidak cocok untuk padu padan
. Meski sedikit heran, bunga-bunga itu t
unga pukul empat mekar sempurna,
elaki yang bersamanya tersenyum dan membenahi poni ikalnya yang jatu
yum. Untuk saat ini, pikirnya, aku tak mau melupaka
apa dia membiarkan dirinya terlena dan menikmati kebersamaan itu. Kenapa dia tak menghindar seperti biasa. Bagaimana kalau dia jatuh cinta. Pemikiran itu s
menenangkan hatinya. Ya. Sekali ini saja dia me
irna menoleh, wajah yang tadinya te
apa wajahnya berubah
e tengah jalan, bersamaan dengan itu terdenga
!" Mirna
ngun. Matan
nya yang baru saja terbangun di atas lepa
"Kenapa tidur di sini?" Mirna memandang sekeliling, lega
ota, sepertinya barusan dia menyerahkan titipan Umak yang biasanya meni
i posisi tubuh
tu memang nggak baik, Kak." Emma meletakkan b
melihat Emma meletakkan ember dan arit le
encuci d
osong. Kenapa dia memimpikan Erlangga. Dan
n-temannya. Seingatnya, dia tak pernah membiarkan dirinya terbawa cerita
a dia terlalu sering mendengar teman-teman m
ken yang digunakan untuk mengangku
Biar sekalian." Mirna me
*
ngan. Rintik gerimis yang turun bagai salju tipis, t
kemenangan dipihaknya, wasit meniupkan peluit p
pucat. Dia tak membalas senyum itu. Ketika teman-temannya berlari mengelu-elukan sa
ngira Erlangga menyukainya? M
n begitu. Sesuatu merembeti hatinya, perasaan tidak aman, tidak
nak. Membayangkan wajah
nganggap Erlangga belasteran surga, salah satu makhluk te
. Dia akan menyerap semua energi positif lelaki itu dari
berjal