ela
ah lagi?" Nona
taku mungkin tidak terlalu jela
membantumu? Apakah kita ke ru
g kurang ajar, aku hanya seorang karyawan biasa dengan rasa ingin yang terlalu aneh un
n!" Dia
i lain juga sangat membutuhkan bau tubuhnya. Bena
etika mengatakannya dengan m
bergejolak kurasakan sesuatu mengaduk perutku--memaksa keluar, bahkan air liur telah mengumpul di tenggorokanku. Aku menelan ludah kasar, s
ih baik dengan aroma tersebut--yang ber
setelah itu, hanya tatapan mata yang kutangkap s
dang menggenggam al
tku. Susah payah kubawa tubuh ringkihku dengan perasaan tak karuan yang masih m
engan nakalnya telah berjalan menjauhi nalarku. Oh, kenapa di
jarak di antara kami. Aku bahkan tak sungkan lagi memelukn
s sikap kurang ajarku. Namun, rasa mauku menjadikanku seo
tengah menekan napasnya. Dapat kur
ngatakan sekenanya, sementara hidungku sibuk mengendus dan
tertangkap oleh hidungku membuatku membeku beberapa detik seolah aku a
tak nyaman sesaat lalu seolah memudar, aku tidak lagi merasakan mual yang sangat. Karena
u kenapa Baby sanga
n Baby dan Minwo yang begitu sama dan selalu b
emua itu. Kadang tidak but
tentu tubuhku menempel sempurna pada
kan ..., tapi juga rumahku. Entah kenapa aku mau ini tida
ar ketika merasakan tangannya bergerak untuk
keresahanku sesaat lalu memudar seiring men
nku dengan janji rasa nyaman lebih. Secara perlahan pula s
.," rintih
asah, Kae!"
Tanganku meraih sprei semampu jemariku untuk merematnya kasar, berharap dia melakukan
kat, entah sejak kapan senyumnya bisa membuai anganku. Di saat yang sama aku menjadi kesal kare
Bukankah seharusnya dia bisa m
rtanya. Bukan ...
ta terakhir dengan lirih karena malu. Pi
u lagi. Dan dia bukan seorang yang akan melepaskanku be
menghisap, melumat dengan lembut setiap bagian dari milikku yang mulai terbasahi cairan bening dan menjadi semakin ba
hingga punggungku terlihat melengkung membuat payudaraku
aku menjadi cukup frustrasi
an, apapun maunya akan kuturut
h ...,"
?" Lamat kudengar suara se
n kewarasanku hanya untuk tahu bahwa semua kesenan
ku, kurasakan tanganku masih memeluk perut seseorang. Lalu mat
ya, sementara dia tengah asik mengamati sebuah buku sketsa berwarna b
bangun?" Di
iku darinya, meringkuk untuk
a. Bulu-bulu halus di sekitar tengkukku telah bersiap untuk berd
o kunci rumahmu." Judit mengatakannya begitu saja seperti
af." Aku be
am di danau saat ini juga. Terakhir yang kui
ok pasti dia a
ishhh! Kenapa d
ketika aku memikirkannya lagi. Lalu mataku meman
rtanya seolah aku adalah orang yang tela
ada rasa sakit menyeruak dalam hatiku. Aku akan
agaimanapun aku menahan suar
kau menangis Mikaela?" Sia ke
yang begitu menyergapku. Berpikir bahwa menangis pun adalah
kan buku yang tengah menarik atensinya pada
ihat tidak berniat berhenti dan semakin memangkas jarak di antara kami. Lalu, jari-jari ramping
ran di dadaku t
nggantung kini terjatuh, ibu jarinya bergerak
puas dan semakin mendekatkan wajahnya, ha
hingga aku bisa mendengarnya.
uar nalarku. Tidak, apak
ya meniup keningku. Sontak kubuka mat
bukan seorang yang biasa untuk
imana laju napasnya yang terasa sedikit bebeda dari biasanya. Harum n
merasakan kegu
ku telah dikejutkan oleh jarinya yang menyentil pela
m teduh tersungging di bibirnya seolah berkata
a merespon rasaku. Rasa yang cukup aneh ketika di antara banya
___
ith
h sambil tersenyum. Dia sungguh
menyusup masuk ke dalam pikiranku dan menetap beberapa saat--yang ketika pergi menyisakan kenangan-kenangan
g tanpa beban, atau mungkin seseorang yang mele
namun cukup bersih. Mikaela seperti batu dalam sungai yang tidak c
termasuk mengusap pelan dahinya, juga ... menyelipkan beberapa h
ntang penyakit yang teng
gkap oleh telingaku bahwa dia sedang menyebut namaku. Sementa
nggelitik rasa ingin tahuku. Apak
iku sendiri. Maka kualihkan pandangank
ak di nakas, di atasnya nampak sebuah pensil dan
kertas putih yang penuh goresan-goresan pensil tersebut, ada satu di antara mereka yan
esaat hingga tanpa sadar aku mendaratkan diriku
dia menyusup dalam jantungku, ikut mengalir dalam darah yang menyebar ke seluruh tubuhku. Dalam gambarnya aku dapat melihat diriku saat m
h sedang men
__
doh tersebut yang masih diam seolah mematung atas sikapku barusan. Padahal
Tapi tadi sudah. Ssshhh ... apa sebaiknya
gkin menyuruh Minwo pulang bukan ide buruk. Aku men
ulang dan masakkan s
o: "
it kutunggu di apart
l
dengan frustasi. I don't even car
imatku terhenti ketika kakiku me
idur di pinggir kasur. Perlahan kuselipkan tanganku pada tengkuknya, dan tangan yang lain meraih bagian belakang lu
ekali tertidur, Gad
tu lembut. Matanya cukup mempesona dengan bulu mata yang tidak terlalu tebal--bentuknya yang bulat, saat tertutup bagai sebutir bawang merah y
endaratkan pantatku, dan bersandar, kemudian melipat kedua lengan pada dadaku--sembari menatap b
bergerak pelan menambah kesan seksi. Matanya yang ind
yum yang tersungging seakan meng
beringsut untuk beranjak dari kasur yang dia tiduri. Baju tidur berwarna hitam
tidak beranjak dari dudukk
k di atas pangkuanku, wajahnya y
ia tengah di
engendusi bau tubu
r untuk menutup bibirku, lalu sesaat kemudian
..." Dia
etika beradu dengan milikku. Aku tidak menolak, tidak juga mem
Ini perintah." Di
par, serta gemas. Bibir kami mulai berebut kemenangan, aku baru tahu rasa manis ketika bibir lembutnya kucumbu perlahan namun dalam. Ketika kusesap k
si nakal. Ini y
Kusesap kuat dengan membelitnya kecapan-kecapan cepat m
uas. Kurengkuh tubuh berisinya dalam gendongan koala dan berjalan menuju kasur king size.
i ini adalah akhir pertemuan kami. Atau perasaan ketika hari
pada payud*r*nya, bahkan menggigit kecil tonjolan miliknya yang mengeras. Bentuk yang sempurna, menyembul indah. Sementara jemariku m
ringai. Hari ini dia tampa
semua kain yang menempel pada tubuhku, lalu atensiku kembali
pangkal pahanya bahkan telah tersingkap ke atas dengan bel
! Aku mau lebih!" Di
mpatkan diriku di antaranya. Kutekuk kedua kakinya dan dia sambut dengan merengkuh kedua lututnya. Mat
n yang mengg
lagi bibir mu, Gad
inci area intimnya. Perlahan, namun khidmat. Dia menggeliat dan men
..." Kae
me, Girl!"
Dia mendesah tertahan. Maka kuperdalam bibirk
ting dan membalik tubuhku hingga aku berada di bawahnya. Da
ggulnya bergerak maju mundur mengimbangi ge
at stress dan mulai bergetar. Sementara lidahku berkali-kali memompa
yang malam ini cukup nakal menurunkan tubuhnya ke bagian bawah tubuhku. Menaiki pa
terasa sangat nikmat, mulutnya pun mengerang untuk rasa y
namaku saja rasanya percikan dalam dadaku
ngkuh tubuhnya, tanganku berusaha meraih pipi pantatnya dan kuremas perlahan. Tub
ku menatap lekat wajahnya yang bersemu merah. Bulir
in memburu. Dia menikmati setiap sentuha
gan milikku, aku bisa merasakan itu. Sama seperti ketika tubuh berganting oleh rasa panas yang seakan berpijar h
-sudah, Minw
nya ini hanya mimpi. Mataku mengerjap
ah membujuk gadis ringkih di ata
engut kesal melihat ked
tidak. Hanya sedik
sam