k tidak bisa d
lap duniaku. Pangeranku, kekasi
bisikkan kata cinta di telingaku. Pujian-pujian untukku, betapa cantik
u, aku bahagia membersamaimu. Anak-anakku, tinggal di belahan bumi berbeda tapi aku tak pe
dan ragamu. Tak ada yang berbeda, bahkan semalam aku bermimpi indah tentang kita. Mas Afn
merasa sedih kehilanganmu, janji pertama yang kau ingkari. Mas
g biasa saling menopang ini kini li
itu mendengar kabar kepergianmu, tangis mereka sama d
uh pendidikan di Belanda. Kain penghangat leher favoritku, kubawa kema
kan selepas shalat berjamaah di masjid komplek. Kutemani kamu yang sibuk membolak
anis saja di sini menemaniku, aku tak ingin kau lelah mem
ngguimu. Celetukan-celetukan yang mungkin ribuan kali pernah kudengar, tapi ak
Ada Hamim dan Hanana di kanan kiriku, mengaji untukmu. Sementara para p
ir mata mengalir tanpa henti, bagaimana mungkin tubuh tu
mim dan Hanana yang tadinya mengaji seketika berhenti dan menegang. Tangan tua
Tinggi semampai nan anggun, di lengannya menggandeng seorang laki-laki remaja. Wa
yusut air mata, siapa dia? Mengap
h tenang, aku member
anda
an. Kami telah menikah diam-diam selama 30
lah saja kamu.