pagar. Sopirnya langsung turu
g kubalas dengan lambaian tangan pe
an rumah dan membantuku mengangkat tas besar itu ke mobil. Sementara ia sibuk
, amanat yang dititipkannya padaku akan kulepaskan. Aku tak mengi
membaringkan tubuhku di ruang tengah dan mengaji
u tak kubawa, kuletakkan di dalam pot anggrek bulan yang menempel pada dinding pagar. Hamim dan Hanan
Keluar dari rumah ini adalah langkah awal yang baik agar hatiku tak depresi mengingat-ingat pengkhianatan mas Afnan selama
gan sabar men
a ya bu?" Sapanya ramah sambi
a nyupirnya... Ibu gamp
ada bapak di sana, setelah tinggal di sana beliau terlihat lebih sehat dan banyak se
Namun pikiran mati sendirian tanpa ada seorang pun yang tahu juga terasa begitu me
Aku memastikan diriku untuk tak lupa menyampaikan satu saja amanat
tkan mereka kelak. Yaitu aku tak ingin dikubur berseb
sebagai manusia silver di luar hanyalah setipis kaca mobil. Sementara dia panas-panasan sambil menenteng ember untuk menampung uluran belas
arna merah yang diterimanya dengan suka cita dan ucapan terimakasih berulang k
s jarak antara masa kini dan masa lalu. Ak
ng selama ini telah kupaksa masuk ke dalam lac
menemukan pintu... Waktu yang memberi rasa sakit, akankah w
k?" Tanyaku pada sop
1 jam lagi. Ibu istirahat dulu saja, na
erimak
ita pertama. Padahal takdir kita bisa saja tak ket
tahun
s yuk? Sudah sore, aku takut se
gak sendirian Ta, bany
r, tapi buku-buku jurusan kita kan di seksi yang nyempil tersendiri Na. Di lantai tiga pula... Haduuh, bawa
luluh. Keputu
yang kusampirkan ke depan ternyata belum tertutup sempurna hingga memuntahkan isin
n isi ranselku. Aku masih belum menyadari siapa pemilik tangan itu. Hingga saat semua
sih,
get mbak ke perpusnya?
as." Balasku sekenanya d
alan gak?
as." Aku menja
Cepetan! Ngantri nih, bentar lagi perpus tutup!"
h mas
as Afnan sebenarnya, arogan dan mulut manis penuh intriknya. Tapi, aku ter
engan tulus terpampang nyata di dep
*
pai." Sapa sang sopir yang
pang dengan ekstra lambat, tubuh tua ini sudah
umah orang kaya jaman dulu. Dari pintu gerbang menuju rumah utama di batasi oleh halaman penuh say
ibu selama di sini. Mari saya bawakan barang ibu... Pemilik Rumah Singgah ini sedang menunggu Ibu. Beliau bilang
ng aku penasaran, aku tak ingat p
b Abdullah. Pemi
e
seolah mengolok