mengenakan daster mini sewaktu mengerjakan pekerjaan rumah. Sebenarnya aku juga kaget dan tak mendu
r pake daster yang panjang dan
pake yang panjang?" Ma
ungkin juga make daster minim begini," tambahku untuk meyakinkan dustaku agar Mas Panji tid
ayah, Fit," sanggah suamiku yang sepertinya m
yah kandungku. Mana mungkin dia juga berani kurang ajar sama menantunya. Ayah itu seo
agi mereka semua manusia itu wajib digoda hingga masuk dalam jajar
er begini. Mas kok ada-ada saja sih. Curiga kok sama ayah sendiri, heheheh." Aku terus berusa
-coba menggoda lelaki lain. Namun dalam kenyataannya melihatku berpakaian sedikit seksi dan mini
kubayangakan bila benar hal itu terjadi, atau seenggaknya aku turuti, mungkin dia akan m
ri dia selalu mengingatkan aku agar jangan pernah coba-coba berpakaian minim saat sedang berada di luar rumah. Aku pun sena
engan diriku. Apakah ibu mertuaku yang sudah setengah abad itu terlalu syuliiit untuk dilupakan, sehingga tak pernah ada sedikit p
udah
gkat dewa, akhirnya secara diam-siam aku merancang strategi baru. Memutuskan untuk mulai memercikan bara api syahwat pad
kat ke rumah makannya kurang lebih setengah jam kemudian. Terkadang juga berangkat bareng dengan Mas Panji karena searah. Sementara Pak Dahlan,
atnya setelah suami dan ibu mertuaku berangkat kerja. Ya aku rasa, waktu yang tersisa dua jam itu sangat bisa kumanfaatkan dengan ma
an sudah mulai mengalahkan gairahku terhadap suamiku. Terlebih lagi dalam beberapa bulan terakhir, Mas Panji sudah mulai sedikit lalai dalam menjalankan kewajibann
gantinya dengan daster berukuran yang jauh lebih mini dari biasanya dan berbahan katun tipis dengan bukaan leher y
tempat rahasia dan hanya akan aku pakai saat dia sudah berangkat kerja. Dengan pakaian super mini seperti
long-kolong furniture, tentu saja mempertontonkan gelantungan bukit kembar di dadaku serta bongkahan pantat seksiku
ntuk payudaraku dalam siluet basah. Pada saat menjemur cucian, aku sengaja memilih lokasi yang terkena sinar matahari, supaya bisa
mertuaku. Dan ternyata lambat laun hasilnya pun sudah mulai kurasakan. Mem
sering mendapati Pak Dahlan curi-curi pandang mengintipku. Dan ketika aku berpura-pura tak sengaja meli
ng di depannya. Entah apa yang ada dalam benaknya setiap kali menyaksikan aksi super nekad itu. Namun yan
ruangan. Sepertinya beliau mulai tak tahan dengan godaan-godaanku dan berusaha menghindarnya. Namun aku yang sudah merasa kepa
ar kunikmati dengan sepenuh hati. Dan sepertinya ayah mertuaku juga sudah mulai mengaggapnya biasa. Bahkan tak jarang d
ri yang sangat susah untuk aku ungkapkan. Aku benar-benar seperti abegeh yang sedang kasmaran atau jatuh cinta pada seorang lelaki pujaan hati yang sudah lama diidam-idam